spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisPeternak Minta Pemerintah Kendalikan Telur dari Luar Daerah

Peternak Minta Pemerintah Kendalikan Telur dari Luar Daerah

Lombok (ekbisntb.com) – Penjualan telur di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan drastis pada pertengahan bulan Ramadan tahun ini. Salah satu penyebab utama yang diduga mempengaruhi kondisi ini adalah masuknya telur dari luar daerah dalam jumlah besar.

Ketua Perhimpunan Peternak Unggas Rakyat (Petarung) NTB, Ervin Tanaka, mengungkapkan bahwa penjualan telur turun hingga 50 persen dibandingkan dengan kondisi sebelum Ramadan.

- Iklan -

“Penjualan turun drastis. Sampai pertengahan puasa masih cukup stabil, tetapi jauh berbeda dibandingkan awal Ramadan, yang biasanya ramai karena banyak masyarakat menggelar selametan dan acara lainnya,” ujarnya saat ditemui di Mataram, Jumat, 14 Maret 2025.

Ervin menjelaskan bahwa tren penurunan ini hampir sama dengan Ramadan tahun lalu. Namun, jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi COVID-19, dampaknya terasa lebih signifikan. Ia menduga bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan ini adalah melemahnya daya beli masyarakat.

Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah daerah telah menggelar operasi pasar yang melibatkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB serta Dinas Perdagangan NTB. Namun, menurut Ervin, operasi pasar tersebut belum memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan penjualan karena skala penjualannya masih bersifat eceran.

Di sisi lain, produksi telur dari peternak lokal tetap stabil tanpa ada pengurangan. Namun, masuknya telur dari luar NTB dalam jumlah besar selama Ramadan memperburuk situasi. Akibatnya, banyak peternak lokal di Lombok mengalami kesulitan menjual hasil produksi mereka.

“Setiap hari selama minggu pertama puasa, telur dari luar NTB masuk dalam jumlah besar. Harga telur luar ini lebih murah dibandingkan telur lokal, selisihnya bisa mencapai 10 hingga 20 persen,” jelasnya.

Meskipun lebih murah, Ervin menilai kualitas telur dari luar NTB berbeda dengan telur lokal. Ia menjelaskan bahwa telur luar yang sudah berusia lebih dari satu minggu kurang cocok untuk pembuatan jajanan karena tidak bisa mengembang dan cenderung encer.

Ervin mengaku telah melaporkan kondisi ini kepada Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB. Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah untuk mengendalikan masuknya telur dari luar daerah guna menjaga stabilitas usaha peternak lokal.

“Satgas pangan harus berfungsi sebagaimana mestinya. Telur dari luar masuk setiap hari dalam jumlah besar, dan ini harus dikendalikan. Peternak unggas di NTB masih tergolong UMKM, berbeda dengan peternak di Bali atau Jawa yang memiliki skala usaha lebih besar. Jika pemerintah tidak turun tangan, usaha peternak lokal bisa terancam gulung tikar,” tegasnya.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah dapat lebih memprioritaskan keberlanjutan usaha peternak unggas lokal agar tetap bertahan di tengah persaingan dan melemahnya daya beli masyarakat. (bul)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut