Lombok(ekbisntb.com) –Saat ini, NTB tengah mengalami fenomena kemarau basah. Akibatnya, menanam palawija sangat rentan gagal. Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Muhamad Taufieq Hidayat. Dia menegaskan, pihaknya tidak merekomendasikan petani untuk menanam palawija saat ini.
“Tidak ada rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB untuk menanam palawija. Karena situasi sekarang ini sangat riskan. NTB termasuk daerah yang mengalami kemarau basah, apalagi cuaca sekarang tidak menentu,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Muhammad Taufieq Hidayat.

Tanaman palawija umumnya cocok ditanam pada masa pancaroba menuju kemarau. Namun, karena kondisi cuaca yang tidak stabil, pihaknya mengambil langkah mitigasi dengan mendorong masyarakat untuk tetap menanam padi.
Taufieq menjelaskan, tanaman seperti tembakau dan bawang memerlukan kondisi air yang stabil. Sementara pada kemarau basah, curah hujan masih tinggi dan menyebabkan lahan terlalu basah, yang tidak ideal untuk kedua jenis tanaman tersebut.
“Tanaman palawija ini termasuk tembakau dan bawang. Karena butuh keteraturan air. Jadi tidak bisa tumbuh pada lahan yang terlalu basah,” jelasnya.
Dia mengaku telah memberikan peringatan kepada petani sejak awal, seiring dengan peringatan dari BMKG mengenai anomali cuaca dan potensi kemarau basah di NTB. “BMKG juga sudah mengingatkan bahwa NTB sekarang kemarau basah. Bahwa tanaman yang membutuhkan air yang teratur sangat riskan dengan anomali cuaca,” katanya.
Namun demikian, bagi petani yang karena alasan ekonomi tetap harus menanam palawija, Taufieq meminta agar mitigasi dilakukan secara maksimal. Khususnya pada sistem drainase agar air tidak menggenangi lahan.
“Kalau petani, karena alasan ekonomi, harus menanam palawija, cara mitigasi harus benar-benar dilaksanakan. Misal kalau mau tanam tembakau, drainase ketika terjadi hujan, airnya langsung habis,” katanya.
Diketahui, sebagian besar petani tembakau di NTB menggunakan lahan baku sawah (LBS), yang secara karakteristik tidak cocok untuk tanaman yang sensitif terhadap genangan air. “Itu ditanam di LBS yang Indeks Penanaman 100,” ucapnya.
Saat ini, luas lahan tembakau di NTB mencapai 39 ribu hektar, di mana 90 persen di antaranya menggunakan LBS. Sementara bawang ditanam di atas lahan seluas 19 ribu hektar, juga mayoritas menggunakan LBS. Melihat kondisi cuaca saat ini, Distanbun kembali menekankan bahwa yang paling aman dan direkomendasikan untuk ditanam adalah padi.
Terkait laporan kerusakan tanaman palawija akibat cuaca ekstrem, Distanbun NTB masih melakukan pendataan.
Adapun dia menegaskan bahwa kerusakan tanaman tembakau tidak akan berpengaruh pada target pemerintah, karena tembakau merupakan tanaman ekonomi dan bukan tanaman pangan strategis.
“Kalau ada tembakau yang rusak, tidak berpengaruh apa-apa. Pemerintah tidak pernah menargetkan jumlah produksi karena ini merupakan tanaman ekonomi. Kami hanya menargetkan produksi tanaman pangan saja. Misalnya padi,” tegasnya. (era)