Lombok (ekbisntb.com) – Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop UKM) Lombok Timur (Lotim) resmi memamerkan berbagai produk unggulan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). Gerai pemasaran di PLUT kini mulai diisi oleh beragam kreasi wirausaha daerah, menandai langkah strategis dalam mempromosikan potensi ekonomi lokal.
Kepala Diskop UKM Lotim, Muhammad Safwan, menjelaskan pameran ini bertujuan agar produk-produk UMKM dapat langsung dilihat dan dibeli oleh pengunjung PLUT. “Kita mulai dengan menampilkan produk makanan, kopi, kerajinan tangan, kain tenun, dan lainnya. Belum semua produk UMKM Lotim bisa ditampilkan sekaligus, tapi ini langkah awal,” ujarnya di Selong, Jumat 14 Juni 2025.

Safwan menyampaikan visi jangka panjang untuk mendorong identitas produk per desa. “Ke depan, kita upayakan agar semakin banyak produk yang bisa ditampilkan, termasuk olahan porang. Harapannya, terwujud ‘satu desa satu produk’ (one village one product/OVOP) yang dipasarkan di PLUT, sehingga setiap desa punya ciri khas. Misalnya, jajanan Tembrodok khas Sakra, akan kita kemas dan branding dengan baik di PLUT ini,” jelasnya.
Kepala Bidang Pembinaan UKM Diskop Lotim, Hirsan Syam, memaparkan berdasarkan Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) Kementerian Koperasi tahun 2022, jumlah UMKM Lotim tercatat 73.499. Namun, data manual Diskop Lotim menunjukkan angka 26.873. “Tidak semua pengusaha UMKM ini aktif,” tandas Syam.
Dari ribuan UMKM tersebut, hanya 760 yang saat ini mendapat pembinaan dari Rumah BUMN binaan Pertamina. Syam menekankan bahwa proses menjadi binaan Rumah BUMN sangat ketat melalui kurasi bertahap. “Mulai seleksi awal berdasarkan kriteria kualitas, keunikan, dan potensi pasar. Lalu pengujian produk, termasuk jaminan keamanan pangan dengan pengambilan sampel untuk diteliti tim kurasi,” paparnya.
Proses selanjutnya, menurut Syam, adalah verifikasi dokumen. “UMKM harus memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB), Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, dan dokumen pendukung lain seperti Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Bahkan ada pengujian pasar untuk melihat respons konsumen dan kelayakan penjualan,” tambahnya. Syam mendorong lebih banyak UMKM memenuhi persyaratan ini agar bisa dibina.
Meski menghadapi tantangan pembinaan, banyak UMKM Lotim telah menembus pasar ekspor. “Banyak yang sudah berhasil ekspor, tidak hanya empat pengusaha. Produk seperti black garlic diekspor ke Singapura, Thailand, dan Timur Tengah. Piring lidi, produk jambu mete dari Desa Sugian Sambelia, cemilan, dan anyaman ketak juga sudah masuk ekspor,” ungkap Syam.
Namun, prestasi ini terkendala masalah klasik, yakni pasokan bahan baku. Banyak UMKM kekurangan bahan baku, sehingga permintaan dari luar negeri sering tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan ini, sehingga ekspor terhenti.
‘’Contohnya black garlic dan gerabah Muliadi di Dusun Penakak, Masbagik Timur. Padahal kualitas produk kita terbaik,” jelas Syam.
Syam juga mengungkapkan fenomena lain: banyak produk mentah asal Lotim yang justru diekspor oleh pihak dari daerah lain setelah dikemas menarik. Oleh karena itu, pasca beroperasinya PLUT, Lotim berharap segera memiliki fasilitas ruang kemasan khusus untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal sebelum dipasarkan.
Diskop UKM Lotim telah dua tahun berkolaborasi dengan Rumah BUMN dalam pendampingan UMKM, termasuk melalui pameran dan bazar di Sirkuit Mandalika. Kehadiran PLUT sebagai wadah pameran dan promosi produk diharapkan menjadi katalisator baru bagi pertumbuhan dan perluasan pasar UMKM Lotim, mengatasi kendala pemasaran dan bahan baku, serta mewujudkan cita-cita “Satu Desa Satu Produk” yang berdaya saing hingga mancanegara. (rus)