DEFLASI atau penurunan harga yang terjadi secara beruntun di NTB menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) NTB, Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., mengungkapkan meski inflasi yang tinggi menjadi kekhawatiran, deflasi yang berkepanjangan juga memiliki dampak negatif bagi perekonomian.
“Kami bersama Bank Indonesia terus memantau perkembangan ekonomi di daerah. Tugas kami adalah menjaga stabilitas harga, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah,” ujar mantan Penjabat Gubernur NTB ini.
Menurut Lalu Gita, salah satu faktor yang menyebabkan deflasi di NTB adalah kondisi cuaca yang mendukung, sehingga produksi pertanian berjalan lancar. Selain itu, sektor pariwisata yang mulai bangkit pasca pandemi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi. Namun, sentimen pasar yang kurang baik menjadi tantangan tersendiri.
“Kami melakukan kajian setiap bulan untuk mengidentifikasi komoditas yang menjadi pengendali inflasi. Kadang ikan tongkol malah menjadi penyebab inflasi NTB, kadang komoditas lain. Dengan begitu, kita bisa melakukan antisipasi dan intervensi pasar secara tepat,” jelasnya.
Menurutnya, Pemprov NTB melakukan berbagai upaya untuk mengatasi deflasi, antara lain, melakukan intervensi pasar untuk menjaga stabilitas harga komoditas yang mengalami fluktuasi melalui kegiatan Operasi Pasar.
Melakukan analisis mendalam terhadap penyebab deflasi dan merumuskan kebijakan yang tepat. Memastikan harga jual produk pertanian tetap menguntungkan bagi petani. Apalagi, Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, NTP NTB di atas 100. Artinya, petani masih mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya.
Lalu Gita optimis, bahwa dengan kerja sama antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, dan seluruh stakeholder, kondisi deflasi di NTB dapat segera diatasi.
“Kami yakin dengan langkah-langkah yang telah kami lakukan, perekonomian NTB akan semakin stabil dan tumbuh,” tandasnya.(bul)