spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiJagung Melimpah Namun Harga Rendah Pemerintah Dorong Investasi Peternakan di Sumbawa

Jagung Melimpah Namun Harga Rendah Pemerintah Dorong Investasi Peternakan di Sumbawa

Lombok ( ekbisntb.com ) – Pemerintah mendorong investor untuk melirik pengembangan industri peternakan ayam di wilayah timur Indonesia, khususnya Pulau Sumbawa, NTB. Hal ini menyusul melimpahnya produksi jagung di daerah tersebut yang belum diimbangi dengan kehadiran industri peternakan atau industri pakan ternak.

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi Pertanian, Suwandi, menyebutkan bahwa terjadi ketimpangan antara sentra produksi jagung dan daerah industri peternakan ayam. Ia mencontohkan Jawa Timur dan Jawa Tengah sebagai daerah peternakan unggas yang justru mengalami kesulitan bahan baku pakan.

- Iklan -

“Di Sumbawa, Dompu, dan Bima, jagung melimpah. Tapi tidak ada industri petelur di sana. Mendekatkan industri ayam ke sentra pakan butuh investasi. Kami harap pengusaha mulai melirik Indonesia Timur,” ujar Suwandi dalam kegiatan Rakor Pengendalian Inflasi yang digelar secara virtual Senin 11 Agustus 2025.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, harga rata-rata jagung kering panen secara nasional per 9 Agustus 2025 tercatat sebesar Rp5.195 per kilogram, dengan luas panen pada Juli–Agustus mencapai 398 ribu hektare. Harga tersebut berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp5.500 per kilogram, meski di beberapa daerah tercatat lebih tinggi.

Sementara itu Deputi Kepala Kantor Staf Presiden, Dr. Edy Priyono, mengungkapkan bahwa harga jagung di tingkat peternak secara nasional telah melampaui Harga Acuan Penjualan (HAP) sebesar Rp5.800 per kilogram (pipilan kering dengan kadar air 15 persen) dengan harga terakhir mencapai Rp6.326 per kilogram. Kenaikan ini tercatat sekitar 2 persen secara bulanan, atau 9 persen di atas HAP.

“Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, harga jagung sudah di atas Rp6.000 per kilogram. Sementara di NTB dan Gorontalo, harganya justru murah, bahkan di bawah Rp5.000. Ada gap antara daerah produsen dan pengguna jagung, ini pekerjaan rumah lama kita,” ujar Edy.

Ia menambahkan, jika harga jagung terus naik, banyak peternak rakyat yang terpaksa menutup usaha. “Populasi ayam menurun, suplai telur berkurang, dan harga telur pun naik,” katanya.

Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, pemerintah mendorong perbaikan distribusi jagung dari daerah produsen ke sentra industri peternakan. Selain itu, Bulog diharapkan dapat melepas cadangan jagung ke wilayah-wilayah yang membutuhkan.

“Distribusi jagung harus diperbaiki agar industri peternakan tetap berjalan. Ini penting untuk menjaga stabilitas harga telur dan keberlanjutan usaha peternak rakyat,” pungkas Edy.(ris)

Artikel Yang Relevan

Iklan











Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut