Lombok (ekbisntb.com) – Dermaga Senggigi Kecamatan Lombok Barat yang melayani rute penyeberangan kapal cepat Senggigi – Padangbai dikeluhkan, lantaran kondisi fasilitas dermaga yang diduga tidak sesuai dengan standar operasional dan tingginya biaya tambat kapal. Hal ini menjadi keluhan utama dari para operator kapal.
Selain itu, tidak adanya marka khusus yang menunjukkan keberadaan dermaga. Keluhan ini telah disampaikan melalui surat resmi kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Lobar, namun hingga saat ini belum ada tanggapan serius dari pihak terkait. Fasilitas dermaga yang semakin yang tidak memadai inipun memaksa para pelaku usaha penyeberangan untuk mempertimbangkan pemberhentian operasional.
Hingga saat ini, hanya tersisa satu kapal cepat yang beroperasi di Dermaga Senggigi, yakni milik PT. Bali Eka Jaya. Kapal baru bernama Ekajaya Matra ini diluncurkan pada 20 Juli lalu dengan menggunakan teknologi Waterjet System yang memilik fitur berbeda dengan kapal biasanya yang baling-balingnya berada di dalam bagian kapal. Hal ini memungkinkan kapal untuk bertahan meskipun kondisi dermaga tidak optimal.
Saat ini kapal Eka Jaya Matra ini satu-satunya kapal yang masih beroperasi dengan jadwal keberangkatan kapal cepat PT. Bali Eka Jaya adalah dua kali sehari, yaitu pukul 11.30 dan 16.00 WITA. Harga tiket untuk rute interlokal adalah Rp550.000, sedangkan harga tiket lokal adalah Rp450.000. Rute yang dilayani kapal ini meliputi Senggigi, Terawangan, Senggigi, dan Padangbai.
Abdi salah satu pelaku usaha penyeberangan kapal cepat Ferry kepada media, mengatakan, ada dua faktor utama yang membuat para operator penyeberangan terancam berhenti beroperasi. Pertama biaya pelabuhan yang lebih tinggi dari target perusahaan dan fasilitas yang semakin buruk, sehingga membahayakan kapal dan penumpang.
Kondisi ini memaksa para pelaku usaha untuk berjuang keras demi mempertahankan operasional mereka. “Saya berharap agar pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kabupaten Lombok Barat dan pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat menanggapi keluhan dan harapan kami dengan serius,” katanya.
Ditegaskannya, dukungan dari pemerintah sangat diperlukan untuk memastikan Dermaga Senggigi dapat beroperasi dengan baik dan terus mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. “Jika hal ini tidak mendapatkan respons baik dari pemerintah, maka dikhawatirkan akan menyebabkan efek domino. Mulai dari pihak operator yang terpaksa menghentikan penyebrangan dari Dermaga Senggigi, hingga berdampak pada matinya usaha di sekitar dermaga dan berkurangnya minat wisatawan,” ungkapnya.
Abdi menjelaskan, keluhan pihaknya bukan hanya sekedar masalah teknis, tetapi juga berdampak luas pada perekonomian dan pariwisata daerah Senggigi. Dermaga yang tidak memadai akan membuat wisatawan enggan berkunjung, yang pada akhirnya akan menurunkan pendapatan bagi pelaku usaha lokal, termasuk restoran, hotel, dan tempat wisata lainnya. Sebagai salah satu tujuan wisata utama di Lombok, Senggigi sangat bergantung pada kelancaran transportasi laut untuk mendatangkan wisatawan.
Lokasi Dermaga Senggigi yang begitu strategis, dekat dengan pusat kota dan tempat-tempat wisata utama, menjadikannya sangat penting untuk dipertahankan dan diperbaiki. Sehingga wisatawan yang tiba di dermaga ini tidak perlu menyewa kendaraan lagi untuk mencapai tempat penginapan, swalayan, atau bahkan pusat Kota Mataram. Ini adalah salah satu keunggulan yang membuat Dermaga Senggigi menjadi pilihan utama bagi para wisatawan.
Menanggapi keluhan pelaku usaha penyeberangan, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Lobar M. Najib mengakui kekurangan sarana dan prasaran di Dermaga Senggigi.
“Memang di Dermaga Senggigi kita perlu pembenahan, sambail jalan kita akan memperbaiki,” kata Najib.
Najib juga mengakui bahwa SOP pelayaran di Dermaga Senggigi masih ada yang belum dipenuhi. Kendati demikian pihaknya akan berusaha maksimal untuk memenuhi standar yang dibutuhkan.”InsyaAllah kita akan siapkan semua, mudahan hari-hari ini ke depannya kita sudah bisa penuhi,” kata Najib. (her)