Tanjung (ekbisntb.com) – Riset kapas organik di Kabupaten Lombok Utara (KLU) telah berjalan sejak Desember 2023 sampai Juni 2024 ini. Praktik aplikasi ilmiah ini berjalan dari kolaborasi multi pihak antara Fakultas Pertanian Prodi Ilmu Tanah – Universitas Mataram, Yayasan Sukkha Citta, Sejati Farm Lombok, pakar ilmuan kapas dari BRIN, Prof. Ir. Nurindah Supoyo, Ph.D., pegiat pertanian kapas Kecamatan Bayan, serta mahasiswa S1 dan S2 Fakultas Pertanian Unram, serta para petani pegiat porang anggota Koperasi Berkah Gumi Lombok di 15 desa di KLU.
Pengurus Koperasi BGL KLU, Puguh Dwi Friawan, Rabu 12 Juni 2024 mengungkapkan, kegiatan riset kapas organik dilakukan melalui media tumpangsari dengan tanaman pangan (palawija) di KLU. Riset multipihak ini dilakukan oleh para mahasiswi Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2) jurusan Ilmu Tanah di bawah bimbingan Guru Besar, Prof. Ir. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D.
“Kebetulan Juni 2024 riset pertama akan berakhir. Hasilnya sudah terlihat di areal 3 hektar kebun kapas,” ujar Puguh yang akrab dipanggil Iwan ini.
Ia menjelaskan, pada area 3 hektar tersebut terbagi masing-masing 1 hektar menjadi lokasi praktik para mahasiswa, dan 2 hektar lainnya, adalah hasil aplikasi alumni Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Elly Yulianti, SP., dan rekan.
Pada proses riset ini, para pihak yang terlibat menpercayakan penerapan kajian teknis budidaya kapas secara lebih spesifik dan komprehensif kepada Sukkha Citta dan melibatkan pakar ilmuan kapas dari BRIN, Prof. Ir. Nurindah Supoyo, PhD.
Iwan menyatakan, anggota Koperasi BGL yang tersebar di 15 desa di 3 Kecamatan (Bayan, Kayangan dan Gangga) turut dihadirkan. Pasalnya, pada riset tahap 2 sekaligus langkah awal ekspansi budidaya, BGL akan terlibat untuk budidaya pada areal seluas 5 hektar milik anggota BGL yang ada di 5 desa.
“Para kelompok tani (Koperasi BGL) berharap bahwa kehadiran Sukkha Citta sebagai mitra dan juga penjamin pasar petani kapas organik tumpangsari, serta pendampingan daru para pakar di bidangnya (ilmu budidaya kapas dan ilmu tanah) menjadi semangat baru dalam memaksimalkan potensi pertanian lokal yang ramah lingkungan,” terang Iwan.
Selain petani, praktisi dari kaum perempuan, Elly Yulianti dan rekan juga berharap, semangat petani dalam budidaya kapas organik memiliki kelangsungan ekonomi untuk masa depan petani dan keluarga. Produk kapas organik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan adat lokal masyarakat KLU khususnya di Kecamatan Bayan yang memproduksi tenun sejak turun temurun.
“Melihat semangat para pegiat pertanian organik yang memang se-visi dengan gerakan dan praktik pertanian ramah lingkungan yang berkelanjutan dan mensejahterakan, kita optimis budidaya ini dapat terus digalakkan” ucapnya.
Untuk diketahui, kata dia, usai pertemuan dengan multipihak, Sukkha Citta, Pakar BRIN, Prof. Nurindah Supoyo didampingi pegiat pertanian organik lokal (Ely Yulianti) dan Sejati Farm, berkunjung ke pengrajin tenun lokal di Desa Bayan yang memiliki program dan kegiatan Sekolah Tenun Lokal untuk anak-anak sekolah (mulai dari usia SD). Kunjungan lapangan ini bertujuan untuk menguatkan visi untuk terus melestarikan nilai budaya dan kearifan lokal yang sangat berkaitan dengan budidaya kapas organik tumpangsari.
“Apalagi di Desa Bayan juga masih ada kelompok pemintal serat kapas. Benang dari kapas diperlukan oleh masyarakat Bayan untuk acara-acara ritual yang masih dilakukan sebagai pelestarian budaya,” tandasnya. (ari)
Artikel lainnya….
KPK akan Pasang Plang Peringatan di 41 Perumahan di Mataram
Masih Pra FS, Investasi Tambang PT. STM di Dompu Ibarat ‘’Bakar Uang’’