Mataram (Ekbis NTB) – Corn Dryer Centre (CDC) milik Perum Bulog di Kabupaten Dompu, Provinsi NTB menjadi tumpuan bagi petani jagung, ditengah berlangsungnya panen raya seperti saat ini. Tidak hanya itu, gudang-gudang Bulog yang tersebar di Pulau Sumbawa sangat membantu petani memasarkan hasil panennya.
Petani jagung di Pulau Sumbawa tengah panen raya. Namun, pasar menjadi persoalan. Terutama pasar swasta. Tuntutan petani jagung untuk harga tinggi, nampaknya belum sepenuhnya diamini pasar. Terlebih, setelah pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) menerbitkan Harga Acuan Pembelian (HAP) ditingkat petani tanggal 25 April 2024.
Jagung pipilan kering tingkat produsen dengan kadar air 15 %, dari Rp4200/Kg naik menjadi Rp5.000/Kg. Kadar air 20 %, dari Rp3.970/Kg naik menjadi Rp4.725/Kg. Kadar air 25 % dari harga Rp3.750/Kg, naik menjadi Rp4.450/Kg. Kadar air 30% dari Rp3.540/Kg, naik menjadi Rp4.200/Kg. sementara jagung pipilan kering ditingkat konsumen/peternak dengan kadar air 15%, dari sebelumnya Rp5.000/Kg, naik menjadi Rp5.800/Kg.
Standar harga acuan ini dianggap tinggi oleh pasar. Bahkan sejumlah perusahaan swasta menutup gudangnya untuk tidak membuka keran pembelian seluas-luasnya hasil panen jagung petani. Pada Selasa, 7 Mei 2024, nampak sejumlah silo milik perusahaan swasta di wilayah Dompu tutup.
Antrean truk pengangkut jagung yang akan menjual hasil petani nampak mengular, cukup panjang. Informasinya, sementara perusahaan belum membuka gudang untuk membeli jagung petani. Hanya CDC milik Bulog di Kecamatan Manggalewa yang tetap buka.
Sejumlah truk pengangkut jagung berdatangan menumpah hasil panen petani, setelah dil harga penjualan.
Kehadiran CDC ditengah-tengah petani jagung dirasa sangat membantu petani, terutama petani sekitar. Apalagi, harga jagung diserap Bulog jauh lebih baik dari perusahaan swasta, karena harga pembeliannya menggunakan HPP.
“Kalau kita perbandingkan swasta dengan disini menurut saya lebih bagus yang di sini (CDC). Pembelian CDC cukup membantu masyarakat, kami petani sendiri kalau mau memasukkan sendiri Rp4.200 perkilo itu harga basah, di lain tempat itu harga kering,” ujar Jumawardi, Pembina Kelompok tani di wilayah setempat.
Di Desa Nusa Jaya sendiri ada 800 KK petani, termasuk petani jagung. Semuanya memasarkan jagungnya ke CDC. Belum termasuk petani-petani mandiri lainnya. Hadirnya CDC ini dianggap sebagai pasar yang lebih dekat dengan petani.
Sementara itu, Opration Manager CDC, Muh. Zainul Ikhsani menyampaikan, dalam sehari, 25 sampai 30 truk bermuatan jagung yang dilayani bongkar muat untuk dilakukan pengeringan dan ditampung ke silo.
Ada tiga silo di komplek CDC ini. Masing-masing kapasitas tampungnya 3.000 ton (total 9.000 ton).
“Sekarang kita lagi penyerapan, selanjutnya bisa maksimal, karena sekarang kita masih proses uji coba satu silo. Setelah mesin pengeringan dianggap layak beroperasi, maka proses pembelian jagung dapat maksimal dilakukan untuk memenuhi kapasitas tiga silo. Untuk pengeringannya itu normalnya 240 ton/harinya. Jadi kita bisa bongkar truk itu sekitar 25-30 truk/hari,” tuturnya.
Pembelian jagung petani terus dilakukan. harga pembeliannya tetap mengacu kepada standar harga terbaru yang ditetapkan oleh Bapanas.
Selain pembelian jagung oleh CDC Bulog, gudang-gudang Bulog yang tersebar dari Sumbawa, Dompu, dan Bima juga melakukan serapan jagung.(bul)