PADA awal tahun 2025, masyarakat dihadapkan dengan tingginya harga komoditas cabai yang cukup mahal. Pengaruh cuaca hingga stok yang minim menyebabkan harga cabai semakin mahal. Laporan Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB per tanggal 10 Januari 2025, harga cabai rawit di angka lebih dari Rp80 ribu per kg. Begitu juga cabai merah berada di angka Rp68 ribu per kg. Belum lagi di tingkat pedagang eceran warung dan keliling, tentunya harga cabai makin ‘’pedas’’.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Provinsi NTB, Baiq Nelly Yuniarti, AP., M.Si., menyebutkan tingginya harga cabai ini disebabkan belum memasuki musim panen dan petani tidak memiliki stok cabai sama sekali. Tingginya curah hujan juga berdampak pada kenaikan harga karena lambannya musim panen.
Kondisi ini diperparah dengan tidak bisanya NTB mendatangkan cabai dari luar daerah karena kondisi di Jawa juga sama, yaitu kekosongan stok sehingga transaksi bisnis ke bisnis antar pengusaha tidak bisa berjalan.
“Yang naik harga bapok kita minggu-minggu ini kita di cabai dan tomat. Itu memang sangat tinggi sekali dan kami harus akui. Penyebabnya setelah kami koordinasi dengan distributornya karena mereka tidak punya stok, mereka mencari stok dari seberang, kondisi di Jawa juga sedang tidak ada,” ujarnya kepada pada Ekbis NTB, Selasa, 7 Januari 2024.
Menurutnya, meski harga cabai sangat tinggi, namun sedikit terselamatkan karena daya beli masyarakat masih rendah karena tidak adanya kegiatan seperti megiatan keagamaan yang menyebabkan daya beli masyarakat tinggi.
Namun, Nelly mengatakan pihaknya perlu mengantisipasi lonjakan harga pada saat bulan puasa yang akan berlangsung bulan Maret 2025 mendatang. “Pada saat bulan puasa kita takut cabai masih tinggi. Karena itu kita perlu menstok sebelum bulan Puasa,” katanya.
Stok cabai ini nantinya akan didatangkan dari luar pulau apabila petani cabai NTB belum panen. Kendati demikian, pihaknya berharap agar cabai segera memasuki musim panen karena setelah bulan Ramadhan, ada hari raya Galungan sehingga tingkat konsumsi masyarakat terhadap bapok khususnya cabai akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan. “Jangan sampai di hari raya yang dua itu harga tinggi, mudah-mudahan tidak,” ucapnya.
Nelly menyatakan, NTB memasuki musim panen cabai sekitar bulan Maret, sehingga diharapkan harga pada bulan tersebut bisa terkendali dan tidak membebani masyarakat. “Sekarang kita belum panen dan stoknya tidak ada. Itu yang membuat tinggi,” tegasnya.
Sementara tomat, dikatakan kenaikan harga komoditas ini hanya berlaku di Pulau Lombok. Kenaikan tidak disebabkan kekurangan stok, melainkan memang waktunya mengalami kenaikan.
“Tomat ya memang dia musiman gitu. Kadang-kadang dia ambruk sekali. Jadi kalau saya bilang dia mengejar ke harga normal. Karena memang tomat ini kalau tidak berharga dia hanya Rp500 per kilogram. Jadi memang saat-saat ini dia di harga Rp20 ribu. Jangan sampai Rp40 ribu,” jelasnya. (era)