Lombok (ekbisntb.com) – Investor asal Korea Selatan akan mengembangkan kebun kopi seluas 470 hektar di Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Syarat perizinan tengah diproses di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
“Karena ini menggunakan kawasan hutan bukan kayu yang izinnya di pusat. Sudah beberapa bulan ini saya bolak balik ke Korea dan ke Jakarta untuk membantu perizinannya,” kata Lalu Thoriq, eksportir kopi yang menjadi mitra investor dimaksud.
Targetnya, tahun ini kebun kopi arabika ini sudah dapat digarap. Atau setelat-telatnya tahun 2025. Rencananya, kawasan kebun kopi ini akan dijadikan sentra penghasil kopi. Sebagaimana diketahui, Sembalun, dengan kondisi geografis dan iklimnya yang unik, memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan kopi Arabika.
Beberapa faktor yang mendukung hal ini antara lain ketinggian yang ideal untuk pertumbuhan kopi Arabika. Ketinggian yang cukup akan menghasilkan suhu yang sejuk dan stabil, serta curah hujan yang merata, yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kopi Arabika untuk menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi.
Sembalun memiliki jenis tanah vulkanik yang kaya akan mineral. Tanah vulkanik ini sangat subur dan mampu menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman kopi untuk tumbuh dengan baik. Iklim di Sembalun cenderung kering pada musim kemarau dan basah pada musim hujan. Kondisi iklim ini sangat cocok untuk pertumbuhan kopi Arabika, karena tanaman kopi membutuhkan periode kering untuk pematangan buah dan periode basah untuk pertumbuhan vegetatif.
Curah hujan di Sembalun cukup tinggi, terutama pada musim hujan. Curah hujan yang memadai akan membantu menjaga kelembaban tanah dan memenuhi kebutuhan air tanaman kopi. Selain itu, Sembalun mendapatkan sinar matahari yang cukup sepanjang tahun. Sinar matahari sangat penting untuk proses fotosintesis pada tanaman kopi dan pembentukan senyawa-senyawa aroma dan rasa pada biji kopi.
Lalu Thoriq menggambarkan, pasar kopi saat ini sangat menjanjikan. Cuaca ekstrem yang terjadi beberapa tahun terakhir mengakibatkan pengurangan produksi. Sehingga tujuan buyer kopi dunia tertuju ke Indonesia sebagai penghasil kopi terbesar.
Harga kopi ditingkat petani saat ini Rp70an ribu perkilo. Sebelumnya harganya sekitar Rp30an ribu perkilo. Itupun, menurutnya petani masih enggan menjualnya.
“padahal sekarang sedang musim panen kopi. Tapi dengan harga tinggi inipun, petani belum mau jual. Masih ditahan,” tambahnya.
Karena tingginya harga kopi ditingkat petani ini, membuat para eksportir menyetop usahanya.
“Saya juga sudah ndak bisa lagi ekspor. Karena harga kopi di sini lebih tinggi dari harga pembelian kopi di luar negeri. Tanpa biaya-biaya untuk diekspor,” tandasnya.(bul)