Lombok (ekbisntb.com) – Musim tanam tembakau tahun 2024 ini lebih menjanjikan dari tahun-tahun sebelumnya. Harga beli cukup menggiurkan.
Kepala Bidang Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, H. Rifa`i menyebutkan, luas areal tanam tembakau rajang tahun ini 10.780,57 hektar. Dengan total produksi sekitar 14.851,48 ton dengan hitungan rata-rata produksi 1.385,20 ton. Dari luasan total produksi ini, 10.721,57 hektar sudah panen.
Sementara untuk tembakau virginia krosok, luas tanam tahun ini mencapai 23.731,70 ton. Dengan produksi sekitar 45.716,43 ton dengan produksi rata-rata 1.939,38 ton.
Menurutnya, secara total, dari total luas produksi, baru 20 persen . karena waktu penanaman yang bervariasai akibat cuaca ekstrem. 60 persen lagi mulai panen pada September dan Oktober. Kemudian 20 persen sisanya akan panen pada bulan November.
Lanjut H. Rifa`i, berdasarkan hasil monev ke sejumlah perusahaan yang sudah melakukan pembelian, harga beli tembakau tahun ini dinilai cukup menjanjikan.
“Untuk pembelian tembakau yang rajangan, Kelas A harganya Rp50an ribu perkilo, kelas B Rp40an ribu perkilo, kelas C Rp30 ribuan perkilo. Dan kelas bawah mulai dari harga Rp25 ribuan perkilo,” katanya.
Sebelum-sebelumnya, harga pembelian Rp50 ribuan perkilo ini biasanya untuk tembakau oven kelas paling tinggi.
“Petani kita sekarang cerdas – cerdas, daun bawah sampai daun tengah cukup dirajang (diiris), kemudian dikeringkan dengan Cahaya matahari. Langsung jual. Hampir tidak ada biaya. Kalau di oven, biayanya mahal, karena harus menggunakan bahan bakar, dan dioven berhari-hari. Jualnya belum tentu harganya Rp40an ribu perkilo,” tambahnya.
Sementara daun tengah hingga daun paling atas, atau daun paling berkualitas, petani masih mempertahankannya untuk dioven. Dan harga belinya Rp65 ribu perkilo. Harga beli ini menjadi harga pembelian paling tinggi sepanjang sejarah tembakau.
“Karen itu, tahun ini sangat menjanjikan harga tembakau. Kita berharap harga bagus ini bisa bertahan hingga akhir musim panen tahun ini,” harapnya.(bul)