Lombok (ekbisntb.com) – Petani di beberapa tempat di Lombok Barat (Lobar) mengeluhkan gabah atau padi mereka tumbuh di areal sawah, lantaran kesulitan panen padi di sawah mereka. Panen terkendala minimnya keberadaan buruh tani hingga mesin otomatis panen padi combine. Hal ini berdampak pada waktu panen yang terlambat.
Seperti di Gerung dan Kuripan, padi petani tumbuh di sawah, sebelum dipanen. Hal ini pun mempengaruhi kualitas dari padi atau gabah yang dipanen. Sahdan, petani di Gerung mengatakan jika kondisi panen padi menyusut, otomatis petani yang dirugikan, karena harga penjualan berkurang. Tak hanya itu, masa tanam untuk tanaman lain pasca-panen padi juga mengalami keterlambatan. Ini bisa merugikan petani.

Kondisi saat ini, buruh tani yang biasanya memanen padi sudah mulai berkurang. Sebagian besar panen padi di Lobar dilakukan oleh pekerja yang mengemudikan mesin combine atau alat pemanen padi secara otomatis. Hanya saja, keberadaan mesin ini juga sangat terbatas.
Sapoan, Ketua Kelompok Tani Bina Makmur, Desa Rumak, Kecamatan Kediri mengaku bahkan harus memesan atau menyewa mesin combine ini dari Lombok Timur. “Karena yang punya alat ini di Lombok Barat sangat terbatas dan rata-rata jalan (beroperasi) semua,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Lobar Damayanti Widianingrum mengakui jika keberadaan mesin combine yang dimiliki kelompok tani di Lobar sangat terbatas. “Kami rencananya akan mengusulkan ke pusat agar kelompok tani yang ada di Lobar mendapatkan bantuan dari Kementerian Pertanian,” ucapnya.
Petani Lobar saat ini disebutnya antusias memperluas areal tanam padi. Yang tadinya IP100 kini meningkat 100 persen menjadi 200. Namun saat panen, justru terkendala combine. Total alat combine yang dimiliki kelompok tani di Lobar saat ini menurutnya ada sekitar 20 unit yang tersebar di semua wilayah.
“Dulu sebenarnya banyak alat combine, cuma mungkin sudah banyak yang rusak. Sementara jumlah kelompok tani kita di Lobar ada 2.082 kelompok dengan luas baku sawah kita 14.520 hektare. Yang kami jadikan LP2B adalah 12.331 hektare,” ungkapnya.
Kendati demikian, Damayanti bersyukur tahun ini hasil panen padi di Lobar sebagian meningkat signifikan. Rata-rata panen di beberapa wilayah seperti Kediri mencapai 7,2 ton per hektare. Namun diakui, ada beberapa panen yang terganggu akibat tanaman padi rebah atau jatuh dampak hujan angin yang terjadi beberapa waktu lalu. (her)