Lombok (ekbisntb.com) – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah memberlakukan tarif impor tinggi terhadap sejumlah produk dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Untuk produk dari Indonesia, tarif yang dikenakan mencapai 32 persen. Meski demikian, vanili organik asal Lombok tetap diekspor ke Negeri Paman Sam itu.
Salah satu eksportir vanili organik Lombok, H. Mohir, pemilik UD. Rempah Organik Lombok, menyatakan bahwa ekspor tetap berjalan meskipun dikenai bea masuk yang tinggi. Dihubungi Kamis, 10 April 2025, ia mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menjalin komunikasi dengan para pembeli di Amerika Serikat, pasca Donald Trump memberlakukan kebijakan tarif impor tinggi ini.

Menurut Mohir, para buyer di Amerika sendiri sebenarnya tidak menyukai kebijakan tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Trump.
“Semua buyer rempah-rempah di sana sangat kecewa dengan kebijakan ini. Vanili organik ini tidak bisa diproduksi sendiri oleh mereka, jadi ketergantungan terhadap pasokan dari luar sangat tinggi,” ungkapnya.
Hal ini berbeda dengan produk seperti alat elektronik dan komponen lainnya yang bisa diproduksi sendiri di AS. Sementara untuk vanili, mereka masih sangat mengandalkan impor.
“Ya, mau tidak mau kita juga tetap jalankan. Saat ini memang belum ada pengiriman karena belum masuk masa panen. Tapi kami harap pemerintah bisa melakukan negosiasi agar tarifnya bisa diturunkan,” ujarnya.
Mohir menambahkan, meskipun tarif tinggi sudah diberlakukan sejak awal April 2025, pihak buyer di Amerika masih menunjukkan minat yang tinggi terhadap vanili organik dari Lombok. Bahkan, mereka tetap bersedia menyerap seluruh hasil produksi yang ada.
“Kita sudah punya kontrak. Berapa pun jumlah vanili organik Lombok, buyer di AS tetap siap menampung. Hanya saja, produksi tahun ini turun sekitar 30 persen karena curah hujan yang cukup tinggi sejak awal tahun,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut, Mohir memperkirakan hanya sekitar 4–5 ton vanili organik yang bisa dipenuhi dari permintaan pasar. Sebelumnya, awal tahun ini, ia sudah sempat mengirimkan 150 kilogram vanili ke AS sebelum tarif tinggi diberlakukan.
Di sisi lain, harga vanili organik di tingkat petani Lombok masih relatif stabil meski tarif impor meningkat. Mohir mengakui, margin keuntungan eksportir menjadi lebih kecil akibat kebijakan ini.
“Biasanya kita dapat keuntungan 10, sekarang bisa turun jadi 3. Tapi yang penting tidak rugi. Kita tetap bertahan sambil menjajaki pasar di negara lain,” katanya.
Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa pasar selain Amerika belum menunjukkan keseriusan dalam permintaan pasokan vanili organik dari Lombok. Berbeda dengan buyer dari Amerika yang selalu konsisten dan menyerap berapa pun jumlah produksi yang tersedia.(bul)