spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaKeuanganIndodax: Harga Kripto Turun Saat Ramadhan Dipengaruhi Psikologi Pasar

Indodax: Harga Kripto Turun Saat Ramadhan Dipengaruhi Psikologi Pasar

Jakarta (ekbisntb.com) – CEO Indodax Oscar Darmawan menyatakan penurunan harga kripto yang selalu terjadi setiap Ramadhan bukan hanya fenomena musiman tetapi juga dipengaruhi oleh psikologi pasar yang berubah selama bulan puasa.

Pergerakan harga Bitcoin selama bulan Ramadhan dalam lima tahun terakhir, katanya dalam keterangannya di Jakarta, Senin, menunjukkan kecenderungan penurunan yang cukup konsisten.

- Iklan -

Selama Ramadhan 2021, dia memaparkan, harga Bitcoin turun 21,71 persen, diikuti penurunan sebesar 16,00 persen pada 2022, kemudian turun sebesar 3,73 persen pada 2023, dan kembali terkoreksi sebesar 4,14 persen pada 2024.

“Setiap tahun, kami mengamati pola bahwa minat investor ritel terhadap kripto sedikit berkurang selama bulan Ramadhan, yang dapat menyebabkan tekanan jual lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa faktor ini sering kali diperkuat oleh tren historis yang menciptakan ekspektasi penurunan harga di kalangan investor, sehingga meningkatkan aksi ambil untung sebelum Ramadhan tiba.

Namun, memasuki Ramadhan 2025, pasar kripto menghadapi dinamika yang berbeda dimana Bitcoin sempat mengalami lonjakan hingga delapan persen dalam satu hari, kembali ke level 90.000 dolar AS setelah sebelumnya sempat merosot ke bawah 80.000 dolar AS.

Pemulihan tajam ini, menurut dia, didorong oleh sentimen positif terkait rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang disebut-sebut ingin mengusulkan cadangan kripto nasional.

“Tahun ini ada elemen geopolitik yang sangat kuat dalam pergerakan pasar kripto. Jika benar ada langkah serius dari Pemerintah AS untuk menjadikan aset digital sebagai bagian dari kebijakan moneter, dampaknya akan sangat besar bagi industri kripto secara global,” kata Oscar.

Selain itu, kebijakan ekonomi global juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi volatilitas harga, tambahnya, seperti kebijakan baru AS yang menaikkan tarif impor sebesar 25 persen terhadap barang dari Kanada dan Meksiko sebagai pemicu ketidakpastian di pasar finansial.

“Kebijakan ekonomi suatu negara, khususnya sebesar Amerika Serikat, dapat berdampak pada arus modal global, termasuk yang mengalir ke aset kripto. Investor perlu memahami bahwa kripto semakin erat kaitannya dengan kebijakan ekonomi makro,” ujarnya.

Meskipun sentimen bullish terlihat cukup kuat di awal Ramadhan 2025, Oscar mengingatkan bahwa volatilitas tetap menjadi tantangan utama.

Dengan adanya White House Crypto Summit yang dijadwalkan pada 7 Maret, pasar masih menunggu kejelasan arah regulasi.

Menurut dia, strategi investasi yang paling relevan dalam kondisi seperti ini adalah dengan tetap berpegang pada prinsip manajemen risiko yang baik.

Ia menekankan pentingnya strategi diversifikasi portofolio agar investor tidak terlalu bergantung pada pergerakan harga Bitcoin semata.

“Diversifikasi bukan hanya soal membeli banyak aset, tetapi juga soal memahami bagaimana setiap aset merespons kondisi pasar yang berbeda,” katanya.

Menurut dia, lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini juga dipicu oleh meningkatnya partisipasi investor institusional yang mulai memperhitungkan kripto sebagai bagian dari aset safe haven. (ant)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan









Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut