Lombok (ekbisntb.com) – Banjir yang terjadi pada Minggu, 6 Juli 2025 di Kota Mataram menyebabkan berbagai kerusakan. Seperti kerusakan jembatan, kerusakan jalan, beberapa rumah warga rusak, hingga hanyutnya sekitar 50an kendaraan. Akibat bencana ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB mengatakan kerugian mencapai Rp55 miliar.
Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ahmadi menerangkan saat ini, terdapat 7.767 KK yang terdampak. Jika diestimasikan kerugian untuk satu KK sama dengan Rp7 juta, ditemukan hasil mencapai Rp54 miliar, ditambah dengan kerusakan fasilitas umum Rp1 miliar, hingga total didapatkan angka Rp55 miliar.

“Dari segi kerusakan infrastruktur tidak banyak. Fasilitas umum tidak terlalu banyak. Hanya saja yang banyak dia terendam,” ujarnya, Selasa, 8 Juli 2025.
Dia mengatakan, meski beberapa infrastruktur tidak mengalami kerusakan parah, tetap penanganan fasilitas ini menjadi atensi untuk menghindari kejadian serupa.
Adapun di hari kedua pasca banjir, jumlah korban yang terdampak banjir bertambah menjadi 31.947 jiwa. Di hari pertama pasca banjir, korban bencana ini berada di angka 30.681 jiwa. Dari total tersebut, satu orang meninggal dunia, 15 orang luka-luka, 580 mengungsi.
Berdasarkan info terakhir, sebanyak 26 mobil berhasil dievakuasi di antaranya dua buah Pick Up, Sedan, BMW, Inova, dan tiga unit motor. Sembilan unit rumah rusak berat, enam unit fasilitas pendidikan mengalami kerusakan, satu tembok sekolah roboh, dan satu unit fasilitas kesehatan menjadi korban.
“Sekitar 50an mobil yang tergenang, terapung di atas banjir. Belum lagi motor,” ucapnya.
Pun saat ini, Pemprov NTB telah menetapkan status darurat bencana. Plt Kepala Dinas LHK ini mengungkapkan, Pemprov telah mengajukan bantuan anggaran senilai Rp300 juta kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Ajuan tersebut diminta seiring SK tanggap darurat dikirimkan ke lembaga tersebut. “Kita ajukan Rp300 juta dulu nominalnya, karena kan ini sinergis. Pusat, ada provinsi juga, ada juga kota. Karena kita mau tinggi-tinggi mengusulkan belum tentu juga diterima sama BNPB,” jelasnya.
Menurut Ahmadi, BNPB tidak hanya menangani bencana yang terjadi di Kota Mataram. Tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia bagian Selatan mengalami kondisi yang sama, yaitu bencana banjir. Oleh karena itu, Pemprov meminta anggaran seminim mungkin asal diterima oleh pemerintah pusat.
“Hampir pada waktu yang bersamaan mulai dari Sabtu, Minggu Juli ini kawasan Selatan daripada Indonesia mengalami banjir. Mulai dari Jakarta, Jatim, Bali, dari kita juga. Hampir bersamaan kondisi hidra klimatologinya,” jelasnya.
Bantuan senilai tersebut akan digunakan untuk kebutuhan warga yang terdampak. Seperti kebutuhan makanan siap saji, sandang atau pakaian, alat kebersihan, dan pembiayaan operasional sarana prasarana yang digunakan untuk membersihkan sisa banjir.
“Pembersihan lapangan, pengangkatan sampah, sedimen. Kita usulkan ke Jakarta itu,” pungkasnya. (era)