spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiPemkot Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana, Warga Terdampak Banjir Butuhkan Bantuan Sembako dan...

Pemkot Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana, Warga Terdampak Banjir Butuhkan Bantuan Sembako dan Selimut

Lombok (ekbisntb.com) – Banjir yang menerjang sejumlah wilayah di Kota Mataram pada Minggu 6 Juli 2025, menimbulkan kerugian cukup besar. Sebagian besar warga yang menjadi korban seperti di Lingkungan Karang Bata, Kelurahan Abian Tubuh, Kecamatan Sandubaya kehilangan perlengkapan rumah tangga akibat terembar air dan lumpur. Saat ini warga sangat membutuhkan bantuan sembako dan perlengkapan tidur.

Pantauan Ekbis NTB, sejumlah warga Lingkungan Karang Bata mengungsi di Masjid Jami Babulassalam Jalan Senopati Raya. Terlihat warga sedang merapikan barang dan alas tidur. Sebagian warga lainnya terlihat masih membersihkan lumpur yang dibawa air bah di rumahnya.

- Iklan -

Salah satu warga pengungsi Lingkungan Karang Bata, Mala Hayati (39) menuturkan, hujan deras yang terjadi pada Minggu 6 Juli 2025 mengakibatkan puluhan rumah terendam banjir. Ketinggian air mencapai ukuran sepinggang orang dewasa, sehingga memaksa ia mengungsi di Masjid Jami Babulassalam dengan warga lainnya.

“Kondisi seperti kita butuh sembako, makanan anak-anak, dan selimut. Soalnya barang-barang di rumah sudah tidak bisa dipakai karena basah bercampur lumpur banjir,” ucapnya saat ditemui pada, Senin 7 Juli 2025.

Ia menuturkan, pada hari Minggu 6 Juli 2025 sekitar pukul 14.00 Wita hujan mulai turun dengan intensitas tinggi. Awalnya, hanya genangang air setinggi lutut. Namun, pada pukul 19.00 Wita airnya deras, ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Warga masih sempat mengamankan barang berharga, seperti dokumen dan barang penting lainnya. Sementara barang barang yang lain tidak bias diselamatkan.

Sama seperti Mala, Umi Solatiah warga yang ikut mengungsi juga mengatakan, dengan kondisi cuaca hujan dari kemarin menyebabkan ia merasa kedinginan di pengungsian. Banyak perlengkapan dan fasilitas rumah, seperti pakaian, lemari es dan makanan hampir terendam banjir. “Kami butuh makan, sembako dan selimut. Dari tadi malam saya kedinginan, karena tidak ada lagi yang bisa dipakai,” ucapnya.

Selain itu, Solatiah mengalami gatal-gatal pada bagian kaki hingga tangan akibat banjir. Meski begitu, ia tetap beraktivitas membersihkan rumahnya dari tumpukan lumpur. Terkait dengan kapan ia pindah dari pengungsian ke tempat tinggalnya, ia belum bisa memastikannya.

Mala dan Solatiah, berharap dalam kondisi darurat seperti ini, agar pemerintah dapat segera menyalurkan bantuan logistik seperti sembako, air bersih, obat-obatan, dan selimut secara merata kepada seluruh warga terdampak tanpa terkecuali.

Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana

Sementara itu, Pemkot Mataram, menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan untuk memudahkan upaya penanganan pascabencana banjir yang melanda Kota Mataram pada Minggu 6 Juli 2025.

“Dengan penetapan status tanggap darurat bencana, memungkinkan kami melakukan penanganan dengan mengerahkan potensi yang ada sesuai kebijakan dan regulasi yang ada,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Ahmad Muzaki, di Mataram, Senin.

Selama 14 hari ke depan, katanya, akan dilakukan evaluasi dan jika kondisi meningkat maka status akan diperpanjang tetapi kalau tidak akan dilanjutkan dengan tahap pemulihan.

Ia mengatakan, dengan status tanggap darurat bencana tersebut, kini sudah dibentuk satu Posko Tanggap Darurat 2025 terpusat di halaman Pendopo Wali Kota Mataram.

Pembentukan posko itu sesuai dengan regulasi bencana dan hanya satu yang akan menjadi pusat, sehingga bisa memudahkan koordinasi dan menggerakkan semua pihak terkait.

“Sementara posko yang ada di kelurahan, kepolisian, dan lainnya hanya bersifat sementara,” katanya.

Di Posko Tanggap Darurat 2025, juga telah dibuka dapur umum dari tim Dinas Sosial Mataram dan didukung dapur umum lapangan milik BPBD Kota Mataram.

Kota Mataram dilanda banjir pada Minggu 6 Juli 2025, yang dipicu intensitas hujan deras dan merata. Akibatnya, sebanyak 7.676 rumah terendam banjir dengan ketinggian hingga satu meter dan 7.676 kepala keluarga (KK) atau sekitar 30.681 jiwa mengungsi dan satu orang meninggal dunia karena tersengat listrik di Ampenan.

Menurut dia, enam kecamatan yang terdampak banjir antara lain Kecamatan Sandubaya meliputi 7 kelurahan, yakni Kelurahan Bertais, Selagalas, Babakan, Abian Tubuh, Mandalika, Dasan Cermen, dan Kelurahan Turida.

Kemudian Kecamatan Mataram meliputi Kelurahan Pagutan, Pagutan Timur, Pagesangan Timur, dan Mataram Timur.

Sementara untuk Kecamatan Sekarbela, wilayah yang terdampak yakni Kelurahan Kekalik Jaya, Karang Pule, Tanjung Karang, dan Jempong Baru.

Untuk Kecamatan Selaparang, kelurahan terdampak yakni Kelurahan Dasan Agung Baru dan Gomong, sedangkan di Kecamatan Cakranegara yang terdampak Kelurahan Karang Taliwang, Mayura, Cakranegara Selatan Baru, dan Cakranegara Barat.

“Tadi malam kami buka sekitar 30 titik pengungsian, baik di masjid, sekolah, rumah warga terdekat, maupun fasilitas umum lainnya,” kata dia.

Namun hari ini, lanjutnya, rata-rata mereka sudah kembali ke rumah masing-masing untuk membersihkan rumah dari sisa banjir berupa lumpur dan sampah. (pan/ant)

Artikel Yang Relevan

Iklan







Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut