Lombok (ekbisntb.com) – Pembukaan jalur pendakian Gunung Rinjani disambut antusias tinggi oleh para pendaki. Sejak dibuka mulai 3 April 2025 kemarin, 700 pendaki tercatat sudah menjajal keindahan alam gunung tertinggi ketiga di Indonesia yang dimiliki oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat tersebut.
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Yarman mengatakan enam jalur pendakian yaitu jalur Senaru di Kabupaten Lombok Utara, jalur Torean di Kabupaten Lombok Utara. Kemudian, jalur Sembalun di Kabupaten Lombok Timur, jalur Timbanuh di Kabupaten Lombok Timur. Jalur Tetebatu di Kabupaten Lombok Timur, dan jalur Aik Berik di Kabupaten Lombok Tengah telah dipenuhi oleh pendaki. Di jalur konektivtas, yaitu jalur Sembalun, Senaru, dan Torean, tercatat sekitar 400 pendaki melewati jalur ini.

“Artinya, di jalur itu saja full, artinya sekitar 400an, tambahan dari Timba Nuh, termasuk Air Berik, dan Tetebatu juga ada pendakian di situ,” ujarnya saat dihubungi Ekbis NTB, Senin, 7 April 2025.
Disampaikan, pihaknya menyiapkan kuota untuk 700 pendakian, kuota tersebut ludes dalam sesaat. Bahkan banyak pendaki yang komplain karena sedikitnya kuota yang diberikan.
Antusiasme masyarakat di pembukaan jalur pendakian tahun ini, lanjut Yarman jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Terbukti beberapa pemdaki meminta tambahan kuota pendakian. Tingginya permintaan pendakian ini, sambungnya karena TNGR telah meningkatkan pelayanan. Seperti tersedianya toilet di dua kawasan Gunung Rinjani, yaitu Pelawangan dan Danau Segara Anak.
“Beberapa hari ke depan ini penuh, kenapa bisa begitu. Karena salah satu peningkatan kualitas kita. Artinya kita coba membangun toilet, kita program zero waste, kita bangun pemasangan papan himbauan. Kenyamanan itu kita berikan,” jelasnya.
Adapun untuk memastikan para pendaki tidak melanggar penerapan zero waste yang diterapkan oleh TNGR, pihak taman nasional telah memasang CCTV di beberapa titik yang seringkali menjadi tujuan berkemah para pendaki, seperti di Pelawangan, Danau Segara Anak, Pos 2, dan beberapa titik kawasan non pendakian.
Tujuan TNGR meletakkan CCTV di jalur non pendakian untuk menghindari adanya pendaki ilegal yang secara sengaja melewati jalur tidak resmi.
“Ada beberapa CCTV kita pasang di situ. Ada beberapa memang perlu edukasi dari kita juga bagaimana sampah organik, dan kita sudah sampaikan juga untuk sampah organik ini kalau tidak dibawa turun ya diletakkan di pos 2 karena di sana ada tempat sampah, kalau yang pelastik sudah pasti di bawa turun,” terangnya.
Apabila ditemukan adanya pendaki yang melanggar konsep zero waste, pihak TNGR akan memberikan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang. Pemberiaj sanksi ini sudah ada dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) Balai TNGR. (era)