26.5 C
Mataram
BerandaBerandaFakta dan Nyata di Lombok Utara, Kurma Dikawinkan dengan Salak Hasilkan Buah...

Fakta dan Nyata di Lombok Utara, Kurma Dikawinkan dengan Salak Hasilkan Buah Luar Biasa

Lombok (ekbisntb.com) –

- Iklan -

KURMA dikawinkan dengan kurma adalah hal yang biasa. Tetapi, jika kurma dikawinkan dengan Salak, pasti luar biasa. Uji coba inilah yang sudah dilakukan oleh Ukhuwah Datu Nusantara Kabupaten Lombok Utara. Dan, terbukti berhasil. Bagaimana ceritanya?

Ukhuwah Datu Nusantara seolah tak puas dengan keberhasilan membudidayakan kurma yang belakangan dinamai varietas Kurma Kumari Kabupaten Lombok Utara. Nama varietas yang kemudian tercatat dalam Buku Khalifa International Dates Palm and Agriculture Innovation (KIDPAI) yang tersebar dan dibaca di puluhan negara penghasil Kurma.

Keberhasilan itu tercatat dalam edisi pertama. Tak berhenti di situ, Ukhuwah Datu menargetkan masuk Buku edisi keduan dengan keberhasilan inovasi kawin Kurma dengan Salak.

Berawal dari pemikiran ambisius Uaq Dolah – sebutan Arif Munandar, praktisi sekaligus Pelopor Kurma Ukhuwah Datu Nusantara Lombok Utara. Bahwa, Kurma Kumari yang berhasil dibudidayakan dan berbuah sepanjang tahun, hanya identik di Lombok Utara dengan karakteristik iklim, tanah dan air yang spesifik. Namun Kurma ini diragukan bisa dibudidayakan di daerah lain di Indonesia dengan kualitas buah yang menyamai Lombok Utara.

“Kurma adalah tanaman gurun, hampir sama dengan anggur. Membutuhkan kelembaban, tetapi di daerah dengan curah hujan tinggi kurma kurang suka. Sehingga di Indonesia ini, Kurma cocoknya di NTB dan NTT. Cuma, kami ingin daerah lain juga bisa mengembangkan dan menikmati kurma dengan kualitas rasa manis. Sehingga muncullah inovasi kurma kawin Salak,” ungkap Dolah, Jumat (7/11/2025).

Ia menerangkan, uji coba Kurma Kawin Salak ini dimulai 3 tahun lalu. Berawal dari proposal inovasi yang dikirim ke Khalifah Kurma Internasional tahun 2019. Proposal tersebut disetujui dengan respons berupa dukungan Ilmu Pengetahuan dan panduan budidaya.

Sebanyak 3 batang kurma betina yang dipelihara intensif, diintervensi atau dikawinkan ketika sudah muncul manggar (bakal bunga). Pada usia induk 4 tahun tanam atau saat manggar pecah, Ukhuwah sudah bisa memulai proses polinasi Kurma dan Salak.

“Kurma kawin Salak ini mengutamakan induk dari kurma dan serbuk pejantan dari Salak. Uji coba pada 3 pohon, semuanya berhasil,” ujarnya.

Secara teori kata dia, Kurma Salak yang sudah dikawinkan akan menghasilkan Kultur Jaringan Kurma yang memiliki sifat Salak. Dimana, pohonnya dapat tumbuh dan berkembang di berbagai kondisi iklim suatu daerah mengikuti sifat salak, namun menghasilkan rasa buah yang mengikuti Kurma. “Bentuk aroma dan rasa ikut emak, tapi sifat ikut bapak. Tahan curah hujan dan kelembaban tinggi.”

Uji coba Kurma Kawin Salak yang dilakukan Ukhuwah Datu ini, kata Dolah, ibarat kawin tanpa saksi. Dimana, hasil buah pada pembuahan sebelumnya tidak dicatat oleh lembaga resmi. Sehingga baginya, uji coba awal yang meskipun berhasil, belum dapat diakui ataupun meyakinkan bagi publik.

Oleh karenanya, pada uji coba kedua, Ukhuwah Datu melibatkan berbagai lembaga pendukung, meliputi BRIN, BRIDA NTB, serta dukungan sejumlah Peneliti dari Universitas Indonesia dan Universitas Brawijaya. Tahap ini sudah memasuki metode pencatatan Ilmiah dimana BRIN dan peneliti merekam perkembangan secara berkala dari proses kawin hingga buahnya siap untuk dipanen.

“Kurma kawin Salak ini pertamakali di dunia, dan itu baru kita di Lombok Utara yang menggagas. Cuma, temuan ini belum bisa dinamai. Untuk mendapat pengakuan, inovasi ini harus disetujui oleh dewan pakar Khalifa Internasional (KIDPAI),” terangnya.

Ukhuwah Datu Nusantara sambung dia, hingga kini belum memberikan nama atas inovasi dan temuan ini. Ke depan, nama temuan akan dimunculkan seiring pengajian ke KIDPAI.

Ukhuwah Datu juga melihat tahapan penelitian ini masih membutuhkan waktu. Sebab, keberhasilan uji coba ini tidak berhenti pada pembuahan hasil kawin, namun biji buah hasil kawin masih harus diuji coba untuk ditanam hingga berbuah. Begitu pula dengan areal tanam. Ukhuwah Datu masih harus melakukan uji coba untuk membedakan karakteristik tanaman hasil kawin pada areal dataran rendah dan dataran tinggi.

Metode pengembangbiakan biji hasil kawin ini akan dikembangkan dengan dua metode. Yakni konvensional dari biji, serta melalui metode kultur jaringan dengan mengembanbiakkan umbut pada laboratorium.

Sebagai tanaman yang identik, mengapa Ukhuwah Datu tidak mencoba proses kawin Kurma pada Aren? Menjawab itu, Dolah mengakui pihaknya juga sempat berpikir untuk mengawinkan Kurma dengan Aren (Jemaka). Namun setelah dipelajari, identifikasi pada tanaman Jemaka belum cocok untuk dikawinkan dengan Kurma.

“Dari awal iya (berpikir untuk mengawinkan), tetapi, serbuk jemaka memiliki bulir ovum kecil, bukaan rahim sempit untuk dikawinkan dengan Kurma,” ujarnya.

“Saat ini, uji coba kawin Kurma Salak kita anggap berhasil. Karena dari inovasi yang sudah kita lakukan, sudah ada 2 tandan buah. Kalau untuk proses Paten, butuh waktu paling tidak 5 tahun,” tandasnya. (ari)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut