spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiFenomena “Rojali dan Rohana” Minim di Mataram, Daya Beli Masyarakat Masih Stabil

Fenomena “Rojali dan Rohana” Minim di Mataram, Daya Beli Masyarakat Masih Stabil

Lombok (ekbisntb.com) – Fenomena “Rojali” (rombongan jarang beli) dan “Rohana” (rombongan hanya nanya) yang ramai terjadi di beberapa pusat perbelanjaan di kota-kota besar seperti Jakarta, dinilai tidak terlalu signifikan di Mataram. Hal itu disampaikan General Manager (GM) Lombok Epicentrum Mall (LEM), Salim Abdad.

Menurut Salim, sejauh ini aktivitas pengunjung di pusat perbelanjaan terbesar di NTB itu masih menunjukkan tren positif. Meski beberapa tenant mengaku ada sedikit penurunan, namun secara umum target penjualan masih bisa dicapai.

- Iklan -

“Kalau di Jakarta mungkin bisa saja terjadi fenomena itu (Rohana dan Rojali). Tapi di sini, alhamdulillah tidak terlalu banyak. Minimlah. Karena penjualan tenant-tenant kita masih oke,” ujarnya, saat diwawancarai Suara NTB.

Ia menambahkan, tim manajemen LEM rutin melakukan pengecekan langsung ke tenant maupun ke pusat perusahaanya langsung. Hasilnya, performa penjualan tenant masih dalam batas aman. Bahkan, masih ada tenant baru yang berminat membuka usaha di mal tersebut.

Salim juga menyoroti bahwa daya beli masyarakat di Lombok, khususnya Kota Mataram, masih cukup stabil. Hal ini menurutnya ditunjang oleh beberapa faktor, mulai dari jumlah penduduk yang tinggi, keberadaan wisatawan, hingga adanya event-event besar yang diselenggarakan di kota ini.

“Selain wisatawan, event seperti FORNAS dan MUNAS cukup berpengaruh terhadap perputaran uang di mal,” katanya.

Saat ditanya soal angka pasti perputaran uang, Salim tidak menyebutkan secara spesifik. Namun berdasarkan keterangan dari para tenant, rata-rata target penjualan masih bisa tercapai di angka 80 hingga 100 persen.

“Beberapa tenant memang mengalami sedikit penurunan di tahun 2025 ini. Baik sektor F&B maupun fashion. Tapi tidak terlalu besar,” ungkapnya.

Penurunan itu menurutnya terjadi karena berkurangnya kegiatan yang melibatkan pemerintah pada semester awal tahun ini. Ketika kegiatan pemerintah menurun, maka dampaknya tidak hanya terasa di hotel, tetapi juga di mall dan pusat perbelanjaan lainnya.

“Kalau kegiatan pemerintah berkurang, otomatis belanja mereka juga menurun. Sekarang sudah mulai ada kelonggaran, dan kami dapat informasi sudah mulai ada rencana kegiatan dari pemerintah di mal ini,” katanya optimis.

Ia juga menegaskan bahwa mal memiliki kontribusi besar terhadap pendapatan daerah melalui pajak. Karena itu, ia berharap pemerintah bisa mempertimbangkan untuk menggelar lebih banyak event resmi di pusat perbelanjaan seperti LEM.

“Apalagi mall ini kan kontribusi pajaknya cukup tinggi. Harusnya event-event pemerintahan sebagian diadakan di sini juga,” tambahnya.

Dengan kondisi tersebut, Salim tetap yakin bahwa mal masih menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat Mataram. Ia berharap tren positif ini terus berlanjut di semester kedua tahun 2025.

Artikel Yang Relevan

Iklan








Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut