Lombok (ekbisntb.com) – Perhelatan akbar Lombok Sharia Festival (LSF) 2025 resmi dibuka, Sabtu 7 Juni 2025, di Lombok Epicentrum Mall (LEM). Acara tahunan ini akan berlangsung hingga 9 Juni 2025 , merupakan hasil kolaborasi apik antara HijabersMom Community Lombok, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, dan Pemerintah Kota Mataram, Pemprov NTB dengan mengusung tema “Crafting Futures With Sharia Economy”.
Ketua Pelaksana LSF 2025, Ina Pariska, menyampaikan bahwa festival ini tidak hanya fokus pada perayaan estetika dalam modest fashion, tenun, dan kuliner, tetapi juga bertujuan untuk membangun ekosistem ekonomi yang beretika dan berkeadilan.

“Kami ingin mengajak seluruh pelaku industri kreatif untuk merajut masa depan yang lebih baik dengan nilai-nilai syariah sebagai fondasi utama,” tegas Ina.
LSF 2025, yang merupakan edisi keenam, diharapkan dapat terus menjadikan Lombok dan NTB sebagai garda terdepan dalam mengangkat modest fashion sekaligus budaya lokal.
Ajang tahunan ini menampilkan serangkaian kegiatan inspiratif. Salah satu daya tarik utama adalah fashion show yang memamerkan karya 25 desainer busana muslim terkemuka, baik dari NTB maupun luar daerah, yang tergabung dalam Hijabersmom Community. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati pameran produk fashion kerajinan dari para mom-preneur, mengikuti workshop, dan seminar umum.
Selama tiga hari penyelenggaraan, LSF 2025 juga menghadirkan Talkshow, Exhibition, Sharia Forum, Temu Responden, Business Matching UMKM, Kuliner Halal, dan berbagai lomba menarik. Lomba-lomba tersebut meliputi Lomba Halal Chef, Lomba Konten Syariah, Lomba Tahfidz, Lomba Fashion Show Anak, Lomba Mewarnai, Lomba Top Model LSF, dan Lomba Modest Fashion Design.
Irna Mutiara, Founder Hijabersmom Community, menyoroti tantangan sekaligus potensi besar dalam busana muslim syariah. Menurutnya, busana muslim memiliki beragam gaya yang dapat diciptakan, terutama dengan mengintegrasikan muatan lokal seperti batik dan sulaman.
“Busana muslim bisa dibuat gaya apa saja, namun tetap ada batasan. Tidak boleh ketat, transparan, dan aurat harus tertutup,” jelas Irna.
Ia menambahkan bahwa desainer memiliki ruang kreatif untuk membuat pakaian inovatif dengan warna tradisional, selama siluetnya longgar.
“Tren 2025-2026 itu busana longgar, tidak lagi yang ketat-ketat. Celana longgar, baju longgar, dan ini bisa diadaptasi dengan busana muslim. Bedanya, harus ada penutup,” papar Irna, menegaskan bahwa tantangannya terletak pada kreativitas mewujudkan hal tersebut.
Kerja sama antara Bank Indonesia dan LSF bukan tanpa alasan. Andhi Wahyu, Deputy Kepala Bank Indonesia Provinsi NTB, menjelaskan bahwa data menunjukkan potensi besar pada sektor modest fashion. “Secara global, kita berada di peringkat ketiga ekonomi syariah. Kami juga mengembangkan halal food dan wisata syariah untuk menguatkan ekonomi syariah,” ungkap Andhi.
Lebih lanjut, Andhi memaparkan pesatnya perkembangan ekonomi syariah di NTB, dengan pertumbuhan perbankan syariah yang mencapai 12 persen. Ia menekankan bahwa ekonomi syariah di NTB berkontribusi besar pada berbagai sektor, mulai dari perdagangan, pertanian, hingga makanan olahan.
“Ekonomi syariah ini masuk di semua sektor. Ini yang membuat kontribusi besar terhadap PDRB NTB,” katanya.
Andhi juga menyebutkan bahwa empat sektor besar yang menguasai ekonomi NTB, termasuk pertanian, pariwisata, dan ekonomi kreatif, semuanya terkoneksi dengan kegiatan ekonomi syariah.
“Makanya kita dorong terus untuk pertumbuhan ekonomi,” tegas Andhi.
Pemerintah Kota Mataram dan Dinas Pariwisata NTB menyampaikan dukungan penuh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ekonomi syariah di Kota Mataram dan NTB secara keseluruhan.(bul)