Lombok (ekbisntb.com) – Bank Dunia bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) anggarkan 160 juta dolar Amerika untuk membangun sirene Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) di sejumlah provinsi di Indonesia, termasuk di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pembangunan Sirene Pusdalops ini dilakukan guna mengantisipasi ancaman bencana, khususnya ancaman megathrust.
Tim Leader World Bank, Muhammad Halik Rizki menyatakan anggaran sejumlah tersebut akan dilakukan oleh BNPB dan BMKG dalam meningkatkan kesiapsiagaan ketika terjadi bencana, baik pusat maupun daerah.
“160 juta USD dimulai sejak 2020 dan akan berakhir di 2025. Jadi 160 juta dolar itu akan dilakukan oleh BNPB dan BMKG secara bersamaan terkait peningkatan kesiapsiagaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah,” ujarnya kepada Ekbis NTB, Kamis, 5 Desember 2024.
Anggaran sejumlah tersebut dikatakan untuk membiayai segala proses pembangunan Pusdalops, mulai dari bangunan hingga fasilitas dalam Pusat Pengendalian tersebut seperti peralatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), komputer, layar, dan sensor gempa. Termasuk juga untuk membiayai pelatihan, Bimtek, dan SDM pada proses pembangunan.
Ia mengungkapkan, NTB menjadi salah satu provinsi prioritas yang akan memiliki pusdalops, karena wilayah ini dilewati ring of fire yang memiliki risiko tinggi bencana, seperti gempa bumi, tsunami hingga ancaman megathrust.
“NTB salah satu lokasi prioritas, berdasarkan informasi dari BMKG apabila terjadi megathrust, NTB bisa terdampak. Sehingga NTB dijadikan lokasi prioritas untuk peningkatan kesiapsiagaan itu,” katanya.
Ia menuturkan, sampai dengan tahun 2023, sudah terpasang sebanyak 83 sensor seismograf atau sensor yang mendeteksi gerakan tanah untuk mencatat gempa bumi. Di tahun ini, akan ada 40 tambahan sensor untuk mendeteksi Tsunami yang ada di 100 titik di Indonesia. (era)