Lombok (ekbisntb.com) – Masyarakat mulai mengeluhkan kenaikan harga beras di Kota Mataram. Salah satu pemicunya adalah harga gabah di tingkat petani juga melonjak drastis. Pengendalian pasokan akan dilakukan agar tidak memicu inflasi.
Seorang ibu rumah tangga, Fitri mengeluhkan kenaikan harga beras cukup drastis dalam satu pekan terakhir. Sebelumnya, ia membeli sekarung beras seharga Rp320.000 dengan takaran 25 kilogram, namun sekarang justru naik menjadi Rp335.000. “Setiap hari naik harga beras ini,” keluhnya.
Kenaikan harga beras di tingkat pengepul akan berdampak terhadap penjualan di tingkat eceran. Di pasar tradisional, harga beras premium mencapai Rp16.500 – Rp17.000 per kilogram. Fitri meminta pemerintah segera mengintervensi agar tidak mempengaruhi terhadap kenaikan harga barang pokok lainnya. “Kalau beras sudah naik, pasti kebutuhan lain akan naik juga,” katanya.
Ramli, pedagang beras di Pasar Karang Seraya mengatakan, kenaikan harga beras jenis premium terjadi sejak dua pekan lalu. Pemicunya harga gabah di tingkat petani melonjak drastis dari bulan sebelumnya. “Harga gabah yang mulai naik,” tuturnya ditemui pada Jumat 4 Oktober 2024.
Sebelumnya, ia menjual harga beras Rp315.000 dengan takaran 25 kilogram. Saat ini, beras dengan takaran sama dijual Rp335.000. Ramli tidak mengetahui secara pasti, apakah kenaikan ini dipicu tinggi permintaan masyarakat pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. “Kalau pastinya tidak tahu. Yang jelas sudah dua minggu ini naik harganya,” ucapnya.
Kepala Bidang Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan Kota Mataram, Sri Wahyunida mengakui, beras jenis premium mengalami kenaikan harga tetapi pemerintah selalu mengacu pada beras medium saat ini, masih stabil di harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kilogram. Pihaknya harus memastikan ketersediaan stok beras medium di pasar tradisional terpenuhi atau tidak ada keterlambatan pengiriman pasokan dari Bulog. “Kalau pengiriman tetapi terisi jangan sampai untuk beras SPHP kosong,” ujarnya.
Ia juga tidak mengetahui kenaikan beras premium merupakan imbas pasca perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW atau daya beli masyarakat yang turun. Gejolak harga ini akan dikoordinasikan dengan organisasi perangkat daerah (OPD) teknis serta Bulog, untuk memastikan ketersediaan pasokan terpenuhi. (cem)