spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiLonjakan Harga Cabai, Distan Lotim Pastikan Petani Tidak Ada Gagal Panen

Lonjakan Harga Cabai, Distan Lotim Pastikan Petani Tidak Ada Gagal Panen

Lombok (ekbisntb.com) – Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sebagai salah satu sentra produksi cabai nasional turut merasakan lonjakan harga. Saat ini di tengah petani sudah tembus Rp 150 ribu per kilogram. Selain karena permintaan tinggi, lonjakan harga cabai terjadi karena merosotnya produksi. Meski begitu, di Kabupaten Lotim dipastikan Dinas Pertanian (Distan) tidak ada petani yang alami gagal panen.

Menjawab Ekbis NTB di ruang kerjanya, Selasa 4 Maret 2025, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Lotim, Lalu Fathul Kasturi menyebutkan petani di Kabupaten Lotim mulai menanam cabai pada Oktober 2024 lalu. Luas areal tanam dicatat 193,9 hektarr (ha). Bulan November 171,1 ha. Desember 224,3 ha. Laporan terakhir bulan Januari 421,5 ha.

- Iklan -

Rata-rata produktivitas lahan pertanian cabai di Lotim bisa tembus 4 ton per hektar. Estimasi panen minimal 7 kali dalam satu musim tanam.  Mengingat perkembangan cuaca, tanaman cabai ini banyak yang rusak. Serangan virus layu pusarium paling banyak terjadi. Kondisi inilah yang menyebabkan produksi cabai merosot. “Jadi bukan karena gagal panen, tapi produksi yang berkurang,” tegasnya lagi.

Menurutnya, penurunan hasil prduksi cabai Lotim ini bisa mencapai 50 persen dari hasil panen. Situasi lonjakan harga terjadi saat ini dinilai tidak mengenal daerah sentra produksi. Pasalnya, lonjakan harga cabai ini terjadi secara nasional.

Harga cabai fluktuatif tergantung pasar induk Keramat Jati Jakarta. Sejauh ini, ketika terjadi lonjakan harga di Pasar Induk Jakarta itu, langsung berdampak ke seluruh daerah. Termasuk Lotim meski dikenal sebagai sentra produksi.

Diketahui, Lotim memiliki champion cabai. Kehadiran champion juga bertujuan untuk stabilitas harga cabai secara nasional. Didatangkannya cabai dari Jawa juga untuk mempercepat stabilisasi harga cabai.

Kehadiran cabai dari Pulau Jawa diyakini tidak akan mampu menyaingi kualitas cabai Lombok. Mamiq Kasturi menilai, dari segi rasa cabai Lombok ini jauh lebih pedas dan manis.

Fluktuasi harga cabai ini diakui paling cepat. Terbilang terjadi perubahan setiap hari. Katanya, berdasarkan hitungan analisa bisnis tanaman cabai sudah cukup menggembirakan petani ketika harganya Rp 15 ribu per kilogram.

Biaya produksi per batang cabai ini hanya membutuhkan Rp 1.500. Nilai tersebut sudah mencakup semua biaya produksi, termasuk ongkos petik dan semacamnya. Kalau harga Rp 10 ribu saja, maka petani sudah untung Rp 8 ribu.

Berikutnya, untuk budidaya tanaman cabai yang tahan cuaca ekstrem Dinas Pertanian coba hadirkan bantuan green house. Tahun 2024 lalu diadakan green house tanaman cabai. Satu unit untuk 5 are. Bantuan ini cukup efektif agar tanaman cabai tidak cepat rusak karena kondisi cuaca.

Terpisah, petani cabai di Desa Tirtanadi, Jayadi berharap harga cabai ini terus mahal. Sudah saatnya petani menikmati hasil kerjanya.

Budidaya cabai di tengah kondisi cuaca hujan sekarang ini tidaklah mudah. Cabai bisa tetap produksi ini karena diperlakukan lebih. Mulai dari obat-obatan. Ada obat khusus yang disemprotkan. Mulai dari bunga hingga buahnya dapat matang sempurna agar tidak mudah terserang penyakit.

Tidak sedikit petani cabai ini tidak dapat apa-apa karena rusak terguyur air hujan terus menerus. Ada yang hanya bisa sekali panen lalu semua tanaman cabainya mati.

Mahalnya harga cabai ini juga tidak selamanya membuat petani ceria. Pasalnya, ancaman pencurian kerap terjadi. Petani pun terpaksa menyambangi cabainya setiap malam. Praktik pencurian cabai saat ini tidak dengan memetiknya. Akan tetapi ada yang langsung dengan memotong tangkainya dan dimasukkan langsung ke dalam karung. Mahalnya harga cabai membuat pencurian cabai menjadi marak terjadi.(rus)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut