spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaBisnisMasyarakat Harus Tetap Selektif dan Terapkan PHBS dalam Konsumsi Buah

Masyarakat Harus Tetap Selektif dan Terapkan PHBS dalam Konsumsi Buah

PRODUK anggur jenis Shine Muscat asal China masih menyita perhatian publik setelah adanya informasi kandungan residu pestisida berlebihan pada jenis anggur tersebut yang beredar di Thailand.

Pemerintah Thailand menyebutkan terdapat 23 dari 24 sampel anggur ini yang mengandung residu pestisida di atas ambang batas aman yang dapat ditoleransi berdasarkan aturan perdagangan pangan Thailand. Hal ini memicu keresahan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia.

- Iklan -

Jenis anggur ini banyak digemari kalangan menengah, karena rasanya yang manis, tidak berbiji, serta memiliki nilai estetika yang baik dengan warna hijau yang mengkilat. Selain itu, anggur jenis ini juga merupakan sumber Vitamin C yang banyak mengandung potasium, kalsium dan juga mangaan yang penting untuk perkembangan tulang dan gigi.

Peneliti Bioteknologi UNISA Yogyakarta Dinar Mindrati Fardhani, M.Biotech., Ph.D., seperti dikutip dari unisayogya.ac.id menjelaskan keberhasilan produksi buah dan sayuran bernilai tinggi memang tidak dapat dipisahkan dari penggunaan pestisida. Hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan pestisida di lahan pertanian, yang berkontribusi pada keberadaan residu bahan kimia berbahaya di tanah, air, udara, serta di permukaan tanaman, buah, dan sayuran.

“Aktivitas biosida berspektrum luas memiliki potensi risiko terhadap konsumen, baik dari segi kesehatan maupun lingkungan. Paparan pestisida dalam dosis rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan penyakit kronis seperti kanker, penyakit Parkinson, gangguan reproduksi, gangguan pernapasan, diabetes, penyakit kardiovaskular, kelainan bawaan, hingga kematian,” kata Dinar Mindrati Fardhani dalam uraiannya.

Ia mengutip tulisan dari Environmental Working Group (EWG) yang menyatakan bahwa anggur termasuk dalam daftar “dirty dozen” bersama dengan stroberi, bayam, kale, dan peach, yang menempati lima teratas buah dan sayur paling terkontaminasi pestisida. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan pascapanen yang tepat untuk mengurangi residu pestisida pada buah dan sayur yang dikonsumsi langsung oleh masyarakat.

Jika melihat karakteristik residu pestisida yang terakumulasi di kulit buah, ada tiga kategori cara untuk mengurangi atau menghilangkan residu petisida, yaitu: treatment rumah tangga, treatment kimia, dan teknik modern.

Pertama, perawatan sederhana di rumah dapat dilakukan melalui penyucian, pengupasan, dan metode blansir. Teknik penyucian yang benar dengan menggunakan air mengalir dapat menghilangkan hingga 88% jenis pestisida tertentu seperti imidacloprid dan chlorpyrifos, namun kurang efektif untuk jenis yang lain, dengan pengurangan hanya sekitar 11-23 persen.

Mengupas merupakan cara yang sangat efektif untuk menghilangkan pestisida, terutama dari kulit produk seperti kentang, jeruk, apel, peach dan tomat, dengan pengurangan hingga 75 persen atau bahkan penghilangan total dalam beberapa kasus. Blansir merupakan proses yang melibatkan pemanasan ringan dengan air hangat diikuti dengan pendinginan, dapat menghilangkan residu pestisida sebesar 22-46 persen. Dalam beberapa kasus, metode ini bisa mendekontaminasi hampir 100 persen pestisida tertentu dari sayuran seperti paprika manis dan terong.

Selanjutnya, ia menjelaskan berdasarkan banyak penelitian, treatment menggunakan bahan kimia mampu mendekontaminasi pestisida pada permukaan buah dan sayur. Bahan kimia yang dimaksud adalah garam (NaCl), Asam asetat atau cuka (CH3COOH), Chlorine Dioxide atau disinfektan (ClO2), larutan klorin, dan bahan kimia lain yang terdaftar sebagai bahan kimia foodgrade.

“Selain itu, residu pestisida juga dapat dihilangkan menggunakan larutan bawang putih dan larutan soda-garam (Yu-shan et al, 2013). Umumnya buah dan sayur direndam di dalam larutan bahan kimia dengan konsentrasi tertentu dalam waktu sekitar 10-30 menit tergantung pada ketebalan kulit buah dan sayur. Kemudian dibilas menggunakan air mengalir,” ujarnya.

Berbagai teknik modern diketahui telah banyak dilaporkan untuk mendekontaminasi residu pestisida kimia. Teknik modern yang dimaksud adalah penggunaan sinar gamma yang mampu menghilangkan Diazinon, Chlorpyrifos, Phosphamido, pada tomat dan mentimun sampai 95 persen. Penggunaan teknologi ultrasound pada stroberi dapat menurunkan residu pestisida hingga 91 persen. Selain itu, penggunaan Electrolyzed reducing (ER) water treatment dan Electrolyzed oxidizing (EO) water treatment juga terbukti mampu menghilangkan residu pestisida hingga 85-91 persen.

“Setiap metode di atas memiliki efektivitas yang tergantung pada jenis pestisida, produk pangan yang di-treatment, dan kondisi yang diterapkan,” imbuhnya.

Menurutnya, sampai saat ini, Badan Pangan Nasional telah menyatakan bahwa hasil sampling yang dilakukan di tahun 2023 dan 2024, menunjukkan anggur Shine Muscat yang beredar telah diberikan ijin edar dengan angka kontaminan residu pestisida di bawah ambang batas BMR (Batas Maksimum Residu) dan dinyatakan aman. Walaupun demikian, konsumen dan Masyarakat tetap harus selektif dan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan selalu menyuci buah dan sayur sebelum dikonsumsi secara langsung.(ris)

Artikel Yang Relevan

Iklan





Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut