Lombok (ekbisntb.com) -Rencana pemerintah menaikkan tarif ojek online (ojol) sebesar 8 hingga 15 persen memicu respons beragam dari masyarakat di Kota Mataram. Sebagian warga menyebut akan mulai melirik alternatif transportasi lain, termasuk ojol lokal yang dinilai lebih terjangkau.
Salah seorang warga Lingkungan Seganteng, Rini Hartatik, mengaku terkejut ketika mengetahui rencana kenaikan tarif ojol tersebut. Ia mempertimbangkan untuk menggunakan layanan transportasi lokal yang tidak tergabung dalam aplikasi besar.

“Kalau tarif naik segitu, ya pasti kita mikir ulang. Kadang cuma mau ke Pasar Kebon Roek, tapi ongkosnya bisa sama kayak beli lauk. Kalau memang fix naik, saya bakal pakai ojol lokal aja,” ujarnya kepada Suara NTB, Selasa, 1 Juli 2025.
Menurutnya, masyarakat memahami bahwa ada tuntutan dari para pengemudi untuk menaikkan tarif, terutama pasca aksi protes yang digelar beberapa waktu lalu. Namun, ia menekankan bahwa konsumen tetap akan mencari opsi yang lebih hemat.
Nada serupa disampaikan oleh salah seorang warga Pagesangan, Novianti. Ia khawatir kenaikan tarif ojol akan berdampak pada harga-harga lain, terutama layanan pesan antar makanan.
“Kalau tarif naik, otomatis semua juga ikut naik. Biaya kirim makin mahal, harga makanan juga udah pada naik. Bisa-bisa lebih murah beli langsung ke warung daripada pesan lewat aplikasi,” ungkapnya.
Ia berharap jika tarif benar-benar dinaikkan, maka kualitas pelayanan dari penyedia ojol juga harus meningkat. “Konsumen sekarang makin kritis. Kalau bayar lebih, ya layak dapat pelayanan lebih baik juga,” tambahnya.
Sejumlah ojek online (ojol) lokal yang beroperasi di wilayah Mataram antara lain Fast Courier, Onma Indonesia, Marjek, Lojek, M-Jek, dan Zendo.
Di sisi lain, para mitra pengemudi ojol menyambut rencana ini dengan penuh harap, meski diiringi rasa waswas. Hal itu diungkapkan oleh salah seorang pengemudi ojol di wilayah Mataram, Adi Setiawan.
“Sebagai driver saya tentu senang kalau tarif naik. Artinya penghasilan bisa ikut naik. Tapi ya jujur saja, saya juga khawatir nanti malah pelanggan berkurang,” ungkapnya saat ditemui di depan Fore, Selasa, 1 Juli 2025.
Ia menambahkan, selama ini banyak pelanggan yang mengandalkan tarif promo atau potongan ongkos kirim dari aplikasi. Bila tarif naik tanpa dibarengi insentif, bisa jadi banyak pelanggan yang beralih ke ojol konvensional atau malah kembali menggunakan kendaraan pribadi.
“Saya cuma berharap, pihak aplikasi juga bantu edukasi ke konsumen, kenapa tarif harus naik. Biar nggak salah paham. Kita juga nggak mau kehilangan pelanggan,” katanya.
Sebagai informasi, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (Ditjen Hubdat) Kementerian Perhubungan tengah memfinalisasi rencana penyesuaian tarif ojol. Kenaikan tarif akan disesuaikan berdasarkan zona wilayah, sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 564 Tahun 2022.
Dalam beleid tersebut, NTB masuk dalam Zona III bersama Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Untuk zona ini, tarif batas bawah yang berlaku sebesar Rp 2.100 per kilometer, dan batas atas Rp 2.600 per kilometer. Biaya minimal perjalanan dipatok antara Rp 10.500 hingga Rp 13.000. Dengan rencana kenaikan 8-15 persen, maka tarif baru diperkirakan berkisar antara Rp 11.340 hingga Rp 14.950 per perjalanan.
Pemerintah menilai, penyesuaian tarif ini penting untuk menjamin keseimbangan antara kepentingan konsumen dan kelayakan pendapatan pengemudi. Namun di lapangan, dinamika antara kebutuhan ekonomi dan kemampuan daya beli masyarakat masih terus menjadi tantangan tersendiri.(hir)