spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiMuseum Negeri NTB Gelar Dialog, Wiendu Nuryanti Tekankan Potensi Ekonomi Berbasis Koleksi

Museum Negeri NTB Gelar Dialog, Wiendu Nuryanti Tekankan Potensi Ekonomi Berbasis Koleksi

Lombok (ekbisntb.com) – Museum Negeri NTB menggelar Dialog Museum: Workshop Economy Experience Incubator bertema Road to Indonesia Museum Award 2025 di Aula Samalas, Sabtu, 30 Agustus 2025. Kegiatan ini dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi NTB, H. Abdul Aziz, S.H., M.H., dan menghadirkan pembicara nasional, termasuk Ketua Dewan Juri Indonesia Museum Award, Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D., serta Dr. C. Musiana Yudhawasthi, M.Hum., dari Komunitas Jelajah.

Dalam paparannya, Wiendu Nuryanti menekankan bahwa museum memiliki peran strategis dalam menggerakkan ekonomi berbasis koleksi. Menurutnya, museum harus menemukan kekuatan utama koleksinya, memanfaatkan teknologi, dan memperluas kolaborasi. “Ekonomi berbasis koleksi potensinya besar sekali, namun masih lemah dialami oleh sebagian besar museum di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dicoba lebih dahulu melalui inkubator. Kuncinya adalah mengenali koleksi unggulan yang menjadi bendera museum,” tegasnya.

- Iklan -

Wiendu mencontohkan Museum Louvre di Paris yang menjadikan lukisan Monalisa sebagai ikon dunia. Ia juga mengingatkan bahwa museum yang tidak beradaptasi dengan teknologi akan kehilangan relevansinya. “Kalau museum masih gagap teknologi, maka akan dianggap tidak ada. Kehadiran digital meniadakan batas, sehingga museum sekecil apapun bisa hadir sejajar dengan museum besar di dunia,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, S.H., M.H., menyampaikan bahwa Museum Negeri NTB karena dianggap memiliki progres dan pergerakan yang positif. “Museum NTB mungkin dipandang sesuai standar Komunitas Jelajah, dari profil dan kegiatan yang diekspos melalui pemberitaan. Karena itu, kami diajak bicara soal ekonomi kreatif berbasis budaya,” jelasnya.
Ahmad Nuralam menekankan bahwa kebudayaan tidak boleh hanya dilihat sebagai romantisme masa lalu, tetapi harus mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat. “Selama ini banyak masyarakat merasa melestarikan budaya tidak memberi keuntungan. Melalui inkubator ini, peserta diajarkan bagaimana potensi budaya, sejarah, dan kesenian bisa diolah menjadi sesuatu yang produktif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Workshop ini diikuti sekitar 60 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari komunitas budaya, kepala desa, pelajar SLB dan SMK, hingga masyarakat yang tertarik di bidang ekonomi kreatif. Ahmad juga menyinggung 99 desa wisata di NTB yang seharusnya mampu mengemas potensi lokal, bukan hanya menjual bentang alam. “Rutinitas keseharian, kesenian, hingga kegiatan komunal bisa menjadi daya tarik wisata yang bernilai ekonomi,” tandasnya.

Dialog ini menjadi bagian dari rangkaian menuju Indonesia Museum Award 2025 yang mendorong museum di Indonesia terus berinovasi, berjejaring, dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi kreatif berbasis budaya. (ham)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut