Mataram (ekbisntb.com) – Pemerintah Kota Mataram mampu menekan angka kemiskinan di bawah dua digit. Permasalahannya semakin kecil angka kemiskinan, maka penurunannya semakin melambat. Kecamatan Ampenan dan Sandubaya menjadi kantong kemiskinan di ibukota Provinsi NTB tersebut.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Mataram, H. Lalu Martawang menerangkan, Tim Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Mataram telah mampu menekan angka kemiskinan di bawah dua digit yakni 8,6 persen. Dalam teori kemiskinan manakala di bawah dua digit, maka penurunannya semakin lambat.
Menurutnya, fokus yang dibutuhkan berkaitan dengan data kemiskinan harus menjadi yang dipedomani secara integratif. Artinya, data dikeluarkan pemerintah pusat dilakukan penyaringan oleh tim TPKD di Kota Mataram. “Teorinya semakin kecil angka kemiskinan maka semakin lambat penurunannya,” terang Martawang dikonfirmasi di ruang kerjanya, pekan kemarin.
Disebutkan, peta kemiskinan ekstrem di Kota Mataram berada di Kecamatan Sandubaya dan Kecamatan Ampenan. Dibutukan ikhtiar untuk memaksimalkan terfokus pada penanganan kemiskinan ekstrem yang diharapkan dapat dituntaskan oleh pemerintah pusat. Karena itu, perlu ada focusing data dan intervensi terpadu mulai dari tingkat pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Selain itu, pelibatan multi stakeholder untuk melakukan internvensi di sasaran terfokus sesuai data yang disepakati bersama. “Kita bersyukur Kota Mataram memiliki sistem informasi data kemiskinan yang sudah berbasis geoparsial yakni, by name by addres sekaligus penampakan rumah maupun warga yang bersangkutan bisa terdeteksi,” terangnya.
Martawang menyebutkan, perbedaan data atau anomali data selalu menjadi masalah. Data yang dikeluarkan oleh Kementerian PMK semestinya perlu diseleksi kembali tim di Bappeda, karena masih ditemukan warga penerima manfaat berstatus sebagai aparatur sipil negara, TNI-Polri, meninggal dunia dan ditemukan pindah dari Kota Mataram. Data ini diharapkan bisa bersihkan dan tuntaskan sehingga kedepan target menyelesaikan kemiskinan ekstrem bisa dikeroyok secara terpadu dan tidak salah sasaran. “Jika data profilnya demikian, maka akan lebih panjang mengintervensinya,” ujarnya.
Meskipun kantong kemiskinan terpusat di dua kecamatan, tetapi pihaknya juga tidak bisa abai menangani wilayah lainnya. Persoalan kemiskinan sangat dinamis bisa saja karena sesuatu dan lain hal terkondisikan kemudian menjadi miskin ekstrem, sehingga harus diintervensi dan identifikasi sasaran komprehensif.
Pemkot Mataram melalui tim penanggulangan kemiskinan kota telah mencantumkan program skala prioritas penanganan kemiskinan di RPJMD Kota Mataram, sehingga harus dipastikan penanganannya bisa tepat sasaran. (cem)