Lombok (ekbisntb.com) – Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) Dinar Ashri, yang lebih dikenal sebagai Bank Dinar, mencatatkan pencapaian luar biasa dengan menempati posisi teratas sebagai BPRS dengan total aset terbesar di Indonesia. Per Juli 2025, total aset Bank Dinar mencapai Rp1,843 triliun, tumbuh 25,58 persen atau setara dengan Rp375 miliar dibanding posisi Juni sebesar Rp1,754 triliun.
Direktur Utama BPRS Dinar Ashri, Mustaen, menyampaikan rasa syukurnya atas capaian ini. “Alhamdulillah, posisi pembiayaan kami per Juli telah mencapai Rp1,665 triliun, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) kami sebesar Rp1,180 triliun. Inilah yang mendorong pertumbuhan aset kami menjadi yang tertinggi secara nasional,” ungkap Mustaen di ruang kerjanya, Senin, 4 Agustus 2025.

Menurut Mustaen, pertumbuhan signifikan Bank Dinar bukan hanya berasal dari pembiayaan, tapi juga dari lonjakan DPK yang tumbuh sebesar Rp48 miliar dari Bulan Juni 2025 ke Bulan Juli 2025 (tumbuh Rp99,391 miliar atau setara tummbuh 9,20 persen dari Desember 2024) serta dukungan pendanaan terhubung (linked) dari bank umum. Kombinasi ini mendongkrak posisi aset menjadi yang tertinggi di antara seluruh BPRS se-Indonesia, mengungguli bahkan daerah dengan pangsa ekonomi yang lebih besar.
“Data ini menunjukkan bahwa meski NTB masuk dalam 12 provinsi terbawah dalam kontribusi sektor keuangan secara nasional, kami mampu membuktikan bahwa BPRS dari daerah seperti kami bisa menyalip mereka,” ujar Mustaen.
Tidak Hanya Konsumtif, Tapi Strategis
Meski 54 persen portofolio pembiayaan Bank Dinar bersifat konsumtif, Mustaen menegaskan bahwa klasifikasi itu tidak sepenuhnya mencerminkan sifat penggunaan dana oleh nasabah.
“Contohnya emas. Meskipun masuk kategori konsumtif, kenyataannya banyak yang menggadaikan emas untuk modal usaha. Begitu juga dengan pembiayaan pegawai yang dipotong dari gaji, seringkali digunakan untuk membuka usaha sampingan. Jadi, tidak bisa dilihat hitam-putih,” jelasnya.
Portofolio Bank Dinar juga mencakup 23,7 persen pembiayaan berbasis emas dan sisanya disalurkan ke sektor riil, termasuk properti.
Fokus Keseimbangan dan Kehati-hatian
Mustaen menyatakan bahwa kunci bagi Bank Dinar adalah keseimbangan antara sektor konsumtif dan produktif, dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam mengelola dana masyarakat.
“Yang terpenting adalah menjaga kesehatan industri perbankan. Jangan karena ingin terlihat ‘produktif’, kita justru menyalurkan pembiayaan ke sektor yang berisiko tinggi dan akhirnya gagal bayar. Itu berbahaya,” katanya.
Tantangan ke Depan: Jangan Berhenti Tumbuh
Dengan posisi sebagai BPRS dengan asset nomor satu nasional saat ini, tantangan berikutnya menurut Mustaen adalah menjaga momentum pertumbuhan dan tidak terlena.
“Berhenti mempertahankan posisi itu justru pertahanan paling buruk. Kita harus terus bertumbuh, inovatif, dan memahami karakter wilayah kita sendiri. Masa kalah sama daerah lain?” tegasnya.
Hadapi Regulasi dengan Adaptif
Menanggapi semakin kompleksnya regulasi perbankan syariah, Mustaen mengaku pihaknya terus berupaya mengikuti dan menyesuaikan diri agar bisa tetap kompetitif dan sehat.
“Kita harus terus belajar, adaptif, dan tetap menjaga prinsip tata kelola yang baik. Karena kita mengelola dana masyarakat, maka kepercayaan dan kehati-hatian adalah yang utama,” tutupnya.(bul)