Program makan bergizi gratis (MBG) yang dimulai di beberapa sekolah di Mataram, Senin 13 Januari 2025 perlu mendapatkan dukungan. Program tersebut dianggap bisa memberikan dampak positif bagi siswa, termasuk kepada semua pihak yang terlibat dalam program MBG ini.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB untuk Mataram dan Lombok Barat (Lobar), Mujahiddin pekan kemarin. Menuruntya, program makan bergizi gratis sangat mulia. “Harus kita kawal bersama niatan tulus dari Presiden yang ingin melihat masyarakat tumbuh sehat sesuai dengan harapan seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, para guru dan orang tua atau wali siswa juga menyambut dengan gembira program ini, karena uang saku bagi siswa dari orang tua bisa ditabung untuk hajat yang lebih bermanfaat ke depan. Para siswa baik kaya atau kurang mampu merasakan kebahagiaan yang sama dengan menu lengkap.
“Harapan kami sebagai Cabang Dinas, mari seluruh elemen masyarakat kita dukung program ini yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terlibat dalam rantai nilai program ini. Mulai dari kelompok kerja, petani, petani sayur, peternak, catering, dan jasa layanan transportasi akan masif menggerakkan roda ekonomi,” ujar Mujahiddin.
Sebelumnya, Kepala SMKN 1 Mataram, H. Ruslan bersyukur sekolah yang dipimpinnya mendapatkan bagian makan bergizi gratis hari pertama. Makanan gratis ini sangat membantu siswanya yang didominasi siswa kurang mampu.
“Dari total 977 siswa kami, hampir 600 siswa tergolong siswa miskin. Sekitar 584 siswa itu adalah siswa yang tidak bayar BPP, artinya mereka termasuk program PIP dan PKH, tidak bayar sama sekali. Anak-anak itu yang rentan miskin, rentan putus sekolah, dijamin mereka tidak memiliki uang saku cukup ketika hadir di sekolah. Kehadiran MBG luar biasa membantu, bisa mengurangi uang belanja mereka. Orang tua pasti sangat terbantu karena uang saku siswa tidak sebesar hari biasa,” jelas Ruslan.
Pihaknya sudah membentuk tim untuk menerima kiriman makanan bergizi gratis setiap hari. Makanan yang datang dipusatkan di tempat tertentu di sekolah, kemudian ditata jumlahnya sesuai jumlah siswa di masing-masing kelas. Pihaknya juga mengatur jatah makanan, jika ada siswa yang tidak masuk sekolah.
“Apabila pada hari itu, ada siswa yang tidak hadir, maka makanan diberikan kepada yang layak, bisa kepada guru atau tukang kebun di sekolah,” ujarnya. (ron)