Lombok (ekbisntb.com) – Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB, Dr. dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM., MARS., mengungkapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) di tahun 2024 cukup rendah.
Ia menyatakan, KLB DBD selama 11 bulan terakhir masih di bawah 10 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, ditemukan 15 kasus KLB di musim yang sama.
“Trennya masih posisinya tidak sebesar tahun lalu. Jadi masih bisa terhandle. Ditemukan kurang dari 10 kasus,” ujarnya kepada Ekbis NTB, Jum’at, 6 Desember 2024.
Ditemukan sebanyak 7 kasus KLB di tahun 2024 ini, yaitu tiga kasus di Kota Mataram, dua di Lombok Barat, satu di KSB dan Kota Bima.
Sementara itu, untuk keseluruhan kasus DBD selama 10 bulan terakhir, ditemukan sebanyak 3.602 kasus, dengan angka tertinggi kasus DBD berada di Kabupaten Lombok Barat sejumlah 846 kasus, diikuti Kabupaten Lombok Utara 566 kasus, dan Kota Mataram 519 kasus.
Hamzi mengatakan, karena DBD merupakan penyakit musiman, masyarakat harus sudah mulai melakukan antisipasi ketika memasuki musim penghujan. Masyarakat dihimbau untuk terus memperhatikan kebersihan, sanitasi dan hygiene.
“Ini siklus musiman, satu kata kunci PHBS, 3M Plus harus kita jalankan. Lingkungan dijaga, kalau terjadi hujan dan ada resiko tergenang, itu harus dijaga,” katanya.
Ia menjelaskan tiga gejala DBD yang harus diperhatikan dan segera mendapatkan penanganan medis. Ada fase awal yang menunjukkan adanya gejala panas mendadak, fase kritis yaitu di hari ketiga terjadi panas, dan fase pemulihan yang menyebabkan banyak terjadinya Dengue shock syndrome (DSS) yang berdampak pada kematian.
“Masa-masa kritis harus kita waspadai hari ke tiga sampai ke tujuh. Ini kadang-kadang panasnya turun, setelah ini baru fase pemulihan,” terangnya.
Menurutnya, potensi kematian akibat DBD cukup tinggi apabila masyarakat tidak memperhatikan lingkungan dan gejala yang disebabkan oleh penyakit ini. Khususnya terhadap anak-anak yang mana dikatakan rata-rata kematian akibat kurang sadarnya masyarakat terhadap gejala yang disebabkan oleh DBD.
Selain melakukan antisipasi DBD di level rumah tangga. Tenaga dan fasilitas kesehatan di NTB juga terus berupaya untuk melakukan pencegahan dan penanganan DBD dengan mendistribusikan logistik untuk kegiatan pencegahan, pengendalian dan alat diagnosa DBD. Dilakukan juga Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin.
Perlu diketahui, salah satu cara mendeteksi dini gigitan nyamuk DBD dan gigitan nyamuk biasa adalah dengan melihat bintik merah yang disebabkan oleh gigitan. Apabila bintik merah tersebut hilang saat ditekan, maka itu merupakan gigitan nyamuk biasa. Sementara, gigitan nyamuk DBD akan tetap terlihat merah.(era)