Lombok (ekbisntb.com) – Suasana Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB Rabu, 30 Juli 2025, tak hanya dipenuhi hiruk pikuk peserta yang mengikuti event Festival Olahraga Masyarakat Nasional (Fornas) VIII NTB 2025. Di bawah tangga Graha Bhakti Praja, Faisal, jauh-jauh datang dari Bandung, Jawa Barat, menjajakan kaos dan suvenir khas Fornas dan menarik perhatian para pengunjung.
Faisal bukan pedagang musiman biasa. Ia adalah seorang pelaku usaha yang telah malang melintang di berbagai event berskala nasional di seluruh Indonesia. Dengan pengalaman segudang, ia tahu betul bagaimana membaca peluang dan memenuhi kebutuhan pasar di setiap acara besar.

“Kemarin waktu MotoGP di Sirkuit Mandalika ada teman yang jualan. Waktu itu, saya berjualan di Makassar,” ungkap Faisal kepada Suara NTB, menunjukkan bahwa partisipasinya di Fornas VIII NTB 2025 ini bukanlah yang pertama kali baginya di kancah event nasional.
Di lapaknya, Faisal menawarkan beragam kaos khas Fornas VIII NTB 2025 dengan desain menarik dan kualitas yang beragam. Harganya pun bervariasi, disesuaikan dengan jenis dan bahan kaos yang dipilih. Mulai dari harga Rp50.000, Rp75.000, hingga Rp125.000, pembeli bisa memilih kaos sesuai selera dan bujet.
Tak hanya kaos, Faisal juga menyediakan tas kecil yang multifungsi dan cocok dijadikan suvenir. Tas-tas ini dibanderol dengan harga Rp25.000 per tas. Bagi yang ingin membeli dalam jumlah banyak, ada penawaran menarik: Rp200.000 untuk 10 tas. Ini tentu menjadi pilihan yang menguntungkan bagi kontingen atau kelompok yang ingin membawa pulang oleh-oleh khas Fornas.
Faisal mengungkapkan bahwa khusus untuk Fornas VIII NTB 2025 ini, ia membawa 10 kodi produk dari Bandung. Meskipun antusiasme pembeli cukup baik, belum semua produk yang dibawanya laku terjual. Namun, ia tak kehilangan optimisme.
“Pihaknya berharap mendekati hari terakhir pelaksanaan Fornas dan penutupan Fornas di eks Bandara Selaparang Mataram, Jumat, 1 Agustus 2025 malam, kaos yang dibawa dari Bandung Jabar bisa laku semua,” ujarnya dengan penuh harap.
Hal senada disampaikan Reza, salah satu pelaku UMKM lokal. Dengan menjajakan produk lokal khas Lombok, seperti tempeyek, temerodok, keciput, kelepon, produknya laris manis. Bahkan, ketika waktu menunjukkan pukul 11.30 siang, produknya sudah banyak yang laku.
‘’Tinggal keciput saja. Kalau tempeyek, temerodok dan lainnya sudah habis. Dan lagi diambilin lagi di rumah,’’ ujarnya.
Reza berharap pada event-event selanjutnya, pelaku UMKM lokal semakin banyak yang diibatkan dan tidak hanya jadi penonton. (ham)