spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiKhawatir Ekonomi Lokal Terpuruk, Porter dan Pelaku Wisata Harap Penutupan Rinjani Tak Berlarut

Khawatir Ekonomi Lokal Terpuruk, Porter dan Pelaku Wisata Harap Penutupan Rinjani Tak Berlarut

Lombok (ekbisntb.com) – Penutupan sementara jalur pendakian Gunung Rinjani membawa dampak ekonomi yang serius bagi masyarakat di kawasan lingkar Rinjani. Para pelaku wisata seperti porter, pemandu wisata, dan pengemudi transportasi mengaku terpukul secara finansial dan berharap pemerintah segera memberi kepastian waktu pembukaan kembali jalur pendakian.

Ketua Transportasi Lingkar Rinjani, Zohri, mengakui penutupan yang dilakukan secara mendadak telah menyebabkan banyak pembatalan wisata dan kerugian yang tak sedikit. Bahkan ada dana downpayment  (DP) dari tamu yang sudah kita alihkan atau kembalikan. Sekarang teman-teman banyak yang menganggur,” ujarnya, Minggu 27 Juli 2025.

- Iklan -

Sebelum penutupan, penghasilan harian pengemudi bisa mencapai Rp200.000 hingga Rp500.000, dengan pendapatan bersih bulanan sekitar Rp3 juta. Namun kini, pendapatan mereka terhenti total.

Hal serupa dialami oleh para porter dan pemandu wisata. Neli Pujiawan, seorang guide Rinjani sejak 2012, mengaku harus mencari pekerjaan serabutan untuk menghidupi keluarga.

Dalam kondisi normal, pelaku wisata ini mengaku juga bisa dapat Rp300.000 per trip dan biasanya naik 2–3 kali seminggu. Pendapatan mingguan para guide bisa mencapai Rp2–3 juta. “Tahun ini sebenarnya lonjakan wisatawan cukup tinggi. Tapi semua rontok setelah penutupan,” ucapnya.

Sementara itu, Rezi Hermawan, seorang porter, kini harus kembali menjadi buruh tani dengan upah Rp100.000 per hari. “Jauh dibandingkan jadi porter, apalagi saat musim ramai,” katanya.

Rezi mengungkapkan, dalam satu musim pendakian (April–Desember), ia bisa mendapatkan Rp10–15 juta, belum termasuk tip dari tamu.

Selain tekanan ekonomi, muncul pula kekhawatiran akan potensi gesekan sosial antarpelaku wisata di dua pintu masuk utama Rinjani, yaitu Sembalun dan Senaru. “Kami khawatir akan terjadi ketegangan jika situasi ini terus berlarut,” ujar Zohri.

Ia juga menyatakan dukungan terhadap perjuangan Solidaritas Masyarakat Peduli Sembalun (SMPS) yang mendorong pengelolaan pendakian berbasis kawasan. “Kita ingin pengelolaan yang adil dan berpihak pada masyarakat lokal,” tegasnya.

Terkait wacana Bupati Lombok Timur H. Haerul Warisin yang mengusulkan agar pendaki diwajibkan menginap satu hingga dua malam di Sembalun sebelum mendaki, Zohri menyambut baik.

“Itu kebijakan bagus. Bisa mendukung kondisi fisik pendaki dan menghidupkan ekonomi lokal. Kalau wisatawan ke Rinjani, mereka pasti sudah siap secara finansial,” ucapnya.

Masyarakat berharap kejadian yang memicu penutupan Rinjani menjadi pelajaran bersama, dan tidak menutup pintu harapan mereka terlalu lama. Menurutnya, pada pelaku saat ini butuhkan kepastian dan kejelasan kapan bisa bekerja kembali. (rus)

Artikel Yang Relevan

Iklan







Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut