Lombok (ekbisntb.com) – Gula aren organik produksi Kelompok Tani Aren Longserang, Desa Langko Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat semakin diminati pasar. Setelah Kementerian Pertanian menerbitkan sertifikat organik.
Abdul Hadi, Ketua Kelompok Tani Aren Longserang, mengungkapkan bahwa permintaan gula aren semut organik semakin meningkat. Hingga ke luar negeri.
“Permintaan gula aren semut organik sangat tinggi. Banyak konsumen yang beralih dari gula pasir ke gula aren organik karena lebih sehat dan alami,” ujar Abdul Hadi di rumah produksi Serbat Jahe LBS miliknya, Rabu, 23 Oktober 2024.
Pemasarannya sudah menembus jaringan pasar ritel modern, hotel, hingga ke luar negeri, ke Newzeland.
“Sudah tiga kali kita ngirim ke Newzeland. Melalui diaspora yang ada di Mataram. Meskipun tidak besar,”katanya di temui di Longsorang, Desa Langko, Lombok Barat, Rabu, 23 Oktober 2024.
Keberhasilan kelompok tani mengembangkan aren organik ini tidak lepas dari sertifikasi organik yang telah diraih sejak satu tahun terakhir. Sertifikasi ini dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian setelah melalui proses verifikasi yang ketat.
“Sertifikasi organik ini sangat penting karena meningkatkan nilai jual produk kami. Konsumen semakin percaya dengan kualitas gula aren organik yang bebas dari bahan kimia,” tambah Abdul Hadi.
Saat ini terdapat 32 petani aren yang menjadi anggota kelompoknya. Mengelola kebun aren di lahan puluhan hektar di kawasan hutan di daerahnya. Setiap hari produksi aren menjadi gula bungkulan disetorkan anggota kelompok untuk diolah menjadi gula semut. Ada juga yang menyerahkannya dalam bentuk gula aren cair yang diolahnya kembali.
Untuk menjaga kualitas gula aren semut organik ini, menurutnya, kelompok tani menerapkan sistem produksi yang ketat. Mulai dari pengawasan di kebun, antisipasi penggunaan pupuk pada pohon aren dan pohon di sekitarnya, hingga proses panen air aren sampai kepada pengemasan produk.
“Petani kami sudah terbiasa dengan praktik pertanian organik. Tapi tidak mudah memang. Karena harus dijaga pohon arennya, jangan sampai ada pemupukan, pembakaran, pembuangan limbah plastic di sekitar, atau hasil abu pembakaran. Tidak boleh itu. Dan harus diawasi. Setiap enam bulan sekali, kebun kami diinspeksi untuk memastikan tidak ada penggunaan bahan kimia,” jelasnya.
Meski demikian, menurutnya wajar. Sebagai sertifikat satu-satunya gula aren semut organik yang diterbitkan Kementerian Pertanian di NTB, potensi dampak yang dihasilkan seimbang. Gula aren organik Longserang telah berhasil menembus pasar nasional, salah satunya ke Surabaya dan pengiriman ke Newzeland. Produk ini dipasarkan di berbagai tempat, mulai dari hotel, supermarket, hingga toko retail.
Hanya saja, tambah Hadi, meskipun berlabel organik, harga gula aren organik Longserang tidak jauh berbeda dengan gula aren biasa. Hal ini menunjukkan bahwa produk organik tidak selalu identik dengan harga yang mahal.
“Harga gula aren organik kami memang sedikit lebih tinggi dari harga pasar. Misalnya gula bungkulan di pasar saat ini Rp55 ribu perkilo, gula aren organiknya Rp60 ribu perkilo, tetapi kualitasnya jauh lebih baik,” tegas Abdul Hadi.
Keberhasilan Kelompok Tani Aren Longserang membuktikan bahwa pertanian organik memiliki potensi besar di Lombok Barat. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, diharapkan semakin banyak petani yang beralih ke pertanian organik.(bul)