Lombok (ekbisntb.com) – Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Mataram, menyebutkan, realisasi investasi di Mataram sampai triwulan dua tahun 2024, sudah mencapai 55,50 persen dari target Rp1,6 triliun.
“Realisasi investasi kami saat ini tercatat sekitar Rp887,98 miliar lebih atau 55,50 persen dari target Rp1,6 triliun,” kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Mataram H. Amiruddin di Mataram, Kamis 22 Agustus 2024.
Dikatakan, realisasi investasi sebesar Rp887,98 miliar lebih itu berasal dari 14 sektor sumber investasi di Kota Mataram.
Namun, yang paling dominan menyumbang nilai investasi adalah sektor perdagangan dan reparasi yakni sebesar Rp187,33 miliar pada triwulan pertama.
Kemudian sektor transportasi, gudang, dan komunikasi sebesar Rp99,15 miliar, selanjutnya sektor jasa Rp94,44 miliar lebih, dan terakhir dari sektor hotel dan restoran Rp10,59 miliar lebih.
“Dengan realisasi investasi yang sudah di atas 50 persen itu, kami optimistis target yang ditetapkan Rp1,6 triliun bisa tercapai sampai akhir tahun ini,” katanya.
Apalagi pada triwulan dua ini, nilai investasi dari pembangunan Hotel Prime Plaza Hotel dan Resorts yang berada di terusan Jalan Bung Hatta Monjok, belum masuk.
“Investasi dari hotel tersebut mencapai Rp450 miliar,” katanya.
Pembangunan Hotel Prime Plaza itu merupakan salah satu pengembangan fasilitas sekaligus menjadi tanda positif geliat investasi di Mataram yang bisa memberikan dampak positif bagi perkembangan dan fasilitas di Kota Mataram termasuk penyerapan tenaga kerja.
Belum lagi, lanjutnya, investasi-investasi dari sumber lainnya yang diprediksi terus mengalami peningkatan sebab sejumlah investasi terutama perdagangan dan reparasi masih berproses.
“Kalau kami lihat data saat ini, memang belum semua data masuk karena adanya kendala gangguan teknis dan lainnya,” katanya.
Amiruddin mengatakan, realisasi investasi di Kota Mataram berada pada urutan ketiga dibandingkan kabupaten/kota lainnya di NTB, tanpa investasi dari tambang. Di daerah Sumbawa investasi-nya tinggi karena adanya sektor tambang.
“Tanpa sektor tambang, kami mampu masuk tiga besar. Bahkan kami mengalahkan Kabupaten Lombok Tengah yang memiliki kawasan ekonomi kreatif Mandalika,” katanya. (ant)