Meledaknya angka pengangguran menjadi masalah kompleks yang berdampak besar pada individu, masyarakat, dan perekonomian suatu negara. Kondisi ini seringkali dipicu berbagai faktor, mulai dari perubahan teknologi, resesi ekonomi, hingga ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan kebutuhan pasar. Hingga banyaknya lulusan perguruan tinggi (PT) yang tidak sebanding dengan kebutuhan kerja. Meski demikian, Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) menjadi alternatif utama bagi lulusan PT.
BERKACA dari jumlah wisudawan pada PT terbesar di NTB, yakni Universitas Mataram (Unram), jumlah wisudawan tidak sebanding dengan lowongan kerja yang tersedia. Dari data jumlah wisudawan yang dipublikasikan pada website Unram.ac.id, hingga bulan Agustus 2024, Unram telah mewisuda sebanyak 3.377 mahasiswa program sarjana, magister, dan doktor. Pada priode April 2024, sebanyak 2.150 mahasiswa Unram diwisuda, dan pada periode Juli 2024 sebanyak 1.227 mahasiswa diwisuda.
Sebelumnya di tahun 2023, Unram telah mewisuda sebanyak 6.134 mahasiswa, dengan kategori sarjana, magister, dan doktor. Dalam setahun, wisuda Unram digelar sebanyak empat kali. Pada Maret 2023 sebanyak 1.666 mahasiswa diwisuda, Juni 1.474 mahasiswa, September 2.016, Desember 978 mahasiswa yang diwisuda.
Ini baru di Unram, belum lagi di PT lain di NTB, seperti Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Universitas Pendidikan Mandalika (Undikma), Stikes Yarsi Mataram, Universitas Hamzanwadi dan PT lainnya di NTB.
Salah satu alumni Unram, Azidatin, sudah melamar ke beberapa instansi dan perusahaan. Bahkan ketika ada perusahaan membuka lowongan dan mengumumkan di media sosial (medsos), lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram (Unram) ini bergegas membuat surat lamaran. Ada yang lamarannya direspons langsung. Ada juga lamaran yang ditunggu sekian bulan, belum juga ada panggilan untuk ikut seleksi.
Sebagai contoh, ketika melamar pada perusahaan yang menyediakan dana khusus bagi masyarakat (bank simpan pinjam) yang berlokasi di Lombok Timur, dirinya pun mengajukan lamaran. Hasilnya, hanya satu kali wawancara langsung diterima bekerja dan diminta datang keesokan harinya menandatangani kesepakatan kerja.
Dirinya kemudian pun pergi ke Masbagik, Kabupaten Lombok Timur dari Lombok Tengah. Setelah menandatangani kesepakatan kerja yang ternyata baru diketahuinya adalah perusahaan simpan pinjam. Dalam kesepakatan kerja ini, sebagai karyawan baru diminta tinggal di kantor yang juga asrama bersama dengan beberapa teman yang baru diterima.
Dirinya kemudian langsung bekerja dengan turun lapangan. Dibawa menggunakan minibus bersama dengan teman senior turun melakukan penagihan ke nasabah yang belum membayar uang hariannya. Dibekali dengan buku yang berisi alamat nasabah harus keliling ke pelosok yang sebelumnya tidak pernah dilaluinya. Selama bekerja lapangan, tidak boleh menggunakan sarana komunikasi, kecuali untuk urusan pekerjaan. Selesai bekerja harus masuk asrama dan barulah handphone diserahkan.
Begitu memiliki kesempatan berkomunikasi dengan keluarganya, akhirnya Azidatin bercerita seperti apa pekerjaannya di lapangan. Sementara, dari hasil penuturannya ke keluarga, jika dirinya bekerja di salah satu perbankan. Akhirnya atas saran keluarganya, dirinya memutuskan tidak lagi melanjutkan kesepakatan kerja dan memilih mundur.
Dirinya juga pernah bekerja di perusahaan jasa pengiriman cepat selama setahun lebih. Namun, karena waktu kerja yang tidak menentu dan beban pekerjaan yang cukup berat, dirinya lebih memilih untuk berhenti dan mencoba berjualan kecil-kecilan di rumah. Hasil penjualan yang tidak menentu menyebabkan dirinya tidak mampu mengembangkan usahanya.
Selain itu, pada pertengahan Juli lalu saat ada pembukaan tenaga non Aparatur Sipil Negara (ASN) di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma dengan ijazah terakhir SMA, dirinya bersama teman-teman kuliahnya dulu di Universitas Mataram mencoba untuk mengajukan lamaran. Namun, karena yang dicari hanya 2 formasi, dirinya bersama ratusan pelamar lainnya harus tersingkir.
Sekarang ini, ketika ada pembukaan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dirinya kembali akan mengajukan lamaran. Apalagi dirinya yang merupakan fresh graduate akan mencoba peruntungan di beberapa formasi. Namun, dirinya masih mempertimbangkan apakah akan ikut di formasi di lingkup Pemprov NTB, kementerian atau pemerintah kabupaten. Baginya, CPNS merupakan alternatif utama pilihan mencari pekerjaan
Beda halnya dengan Yusron. Salah satu, mahasiswa Teknologi Pendidikan tingkat akhir di Universitas Pendidikan Mandalika. Dirinya sudah menyelesaikan ujian skripsi dan tinggal menunggu waktu wisuda. Diakuinya, pada tahun ajaran baru 2024-2025 ditawar untuk mengajar Teknologi Komputer di salah satu SMP di Lombok Tengah. Namun, karena sekarang ini terlibat sebagai tim media pada salah satu pasangan bakal calon gubernur, dirinya lebih memilih untuk menolak tawaran sebagai tenaga pengajar.
Diakuinya, ketika menceritakan penolakan tawaran tersebut pada orang tuanya, dirinya langsung dimarah, karena tidak ada tawaran datang dua kali. ‘’Saya tidak bisa mengajar,’’ ujarnya pada Ekbis NTB belum lama ini.
Dirinya berharap agar Universitas Pendidikan Mandalika cepat mewisuda mahasiswa yang sudah mengikuti ujian skripsi, sehingga dirinya bisa mengikuti seleksi penerimaan CPNS tahun 2024 ini. Apalagi pada penerimaan CPNS tahun 2024 ini, banyak pemerintah daerah di NTB membuka formasi untuk tenaga kehumasan dan pranata komputer. ‘’Itu yang kita tunggu. Mudah-mudahan cepat wisuda,’’ harapnya.
Sementara Ratna, alumni Fakultas Peternakan Unram tetap berikhtiar mengikuti penerimaan CPNS tahun 2024. Apalagi pada tahun 2024 ini banyak formasi yang diterima, khususnya lulusan dari Fakultas Peternakan. Sebagai pencari kerja dirinya sudah berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan dan keahlian yang dimiliki. Jika sekarang ini bekerja di perusahaan swasta, masih belum sebanding dengan gaji dan pekerjaan.
Terkadang per bulan harus menerima gaji dengan cara dicicil, sehingga tidak sebanding dengan mahalnya harga kebutuhan pokok yang sekarang ini semakin meroket. Beda halnya jika sudah berstatus sebagai PNS atau Aparatur Sipil Negara (ASN) setidaknya bisa mengubah nasib menjadi lebih baik, karena penghasilan bulanan sudah jelas.
Rektor Unram, Prof. Ir. Bambang Hari Kusumo, M.Agr.St., Ph.D., ketika memberikan sambutan di Auditorium M. Yusuf Abu Bakar Unram, pada hari Kamis, 4 Juli 2024, menyampaikan apresiasi kepada seluruh orang tua wisudawan dan wisudawati atas keberhasilan putra-putri mereka dalam menempuh pendidikan di Unram.
Rektor mengingatkan para wisudawan tentang tantangan di era Revolusi Industri 4.0, yakni harus menjadi pembelajar andal yang kompeten, cerdas, lincah, dan adaptif menangkap peluang serta siap menghadapi tantangan masa depan yang terus meningkat seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurutnya, wisuda bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan langkah awal untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh. Wisudawan diminta menjadi agen perubahan bagi bangsa, melalui kerja keras, kreativitas, dan inovasi, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan kedisiplinan. ‘’Gunakanlah ilmu yang saudara miliki untuk membantu masyarakat, dunia usaha, dunia industri, pemerintah dan mitra lainnya dalam menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang semakin kompleks di masa depan,” pesan Rektor Unram.
Mengutip pernyataan dari Thomas J. Stanley seorang pakar bisnis Amerika Serikat, Rektor Unram mengingatkan, jika kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh IPK semata maupun almamater top tempat belajarnya. Melainkan ditentukan oleh soft skill yang dimiliki seperti kejujuran, kedisiplinan, kecerdasan bergaul, kerja keras, cinta terhadap pekerjaan, leadership yang kuat serta kepribadian kompetitif dan kreatif. (ham/era)