spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaNTBLombok TimurPesanggrahan Timba Nuh, Aset Destinasi Wisata Bersejarah yang Masih Asal-asalan

Pesanggrahan Timba Nuh, Aset Destinasi Wisata Bersejarah yang Masih Asal-asalan

Pesanggrahan Timba Nuh yang berada di Desa Timba Nuh, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan salah satu peninggalan sejarah. Lokasi ini berada di ketinggian sekitar 615 meter di atas permukaan laut (MDPL). Tempat itu lama menjadi salah satu destinasi wisata. Akan tetapi, penataannya masih agak asal dilakukan pemerintah.

Ungkapan ini dikemukakan Kepala Desa Timba Nuh, Muhammad Ilham saat ditemui di Pesanggrahan, Sabtu 15 Maret 2025 lalu.

- Iklan -

Diakuinya, ada bangunan tua peninggalan Belanda dan bahkan pernah diduduki Jepang terlihat tak pernah disentuh. Sisi lainnya, sejumlah bangunan-bangunan kecil lainnya ada yang dibangun.

“Kita heran kenapa tidak bangunan lama ini yang ditata,” ucapnya. Terlihat bangunan tua itu sudah mulai rusak.

Satu hal lagi yang menjadi ciri khas Pesanggrahan Timba Nuh ini katanya adalah keberadaan pohon leci. Pohon tua ini juga kini sudah banyak yang punah. Tidak pernah tersentuh pemeliharaan. Hal ini jelas sangat disayangkan.

Selanjutnya menurut Kades, harusnya ada aula besar agar bisa juga lokasi ini menjadi tempat wisata pertemuan. Harapannya ke depan, Pesanggrahan ini menjadi tempat pusat informasi wisata Timba Nuh.

Desa Wisata Timba Nuh meruoakan salah satu tempat wisata yang memiliki destinasi wisata yang cukup lengkap. Timba Nuh merupakan salah satu jalur pendakian resmi ke Gunung Rinjani. Ada banyak air terjun yang bisa dinikmati tak jauh dari Timba Nuh.

Wisata andalan di Timba Nuh adalah camping ground. Desa wisata yang sejuk ini dikatakan tak kalah dengan Sembalun. Bahkan dikatakan apa yang dilihat di Sembalun semua bisa dinikmati di Timba Nuh. Sebaliknya, banyak yang ada di Timba Nuh ini tidak bisa ditemukan di Sembalun.

Hanya saja soal penataan ini diakui masih perlu banyak belajar lagi. Pesanggrahan Timba Nuh coba akan ditata terlebih dulu setelah mendapat restu dari pemerintah daerah Kabupaten Lotim. “Kita tidak bicara retribusi dulu, tapi kita coba tata dan jaga kebersihannya dulu,” imbuhnya.

Wakil Bupati Lotim H. Edwin Hadiwijaya yang ditemui di tempat yang sama turut menyoal kondisi Pesanggrahan Timba Nuh ini. Dilihatnya justru ada beberapa bangunan baru. Sedangkan bangunan lama seperti terlihat tak tersentuh.

Guna menjaga bukti sejarah Pesanggrahan ini, Wabup terus akan bangun komunikasi dengan Kepala Desa. Diakui, Pesanggrahan ini tidak pernah dapat sentuhan dari pemerintah. Bangunan yang didirikan hanya sporadis dilakukan.

Wabup mengatakan terhitung sejak tanggal 31 Desember 2024 lalu pengelolaan Pesanggrahan Timba Nuh ini diserahkan ke Karang Taruna Desa Timba Nuh. Sebelumnya pernah juga dikelola pihak ketiga. Tapi tidak dilanjutkan dan berakhir 31 Desember 2024.

Karang Taruna Timba Nuh diharapkan dapat menjaga dan mengelola Pesangrahan lebih baik. Karena menjadi pemuda setempat, maka diyakini akan memiliki rasa kepemilikan yang tinggi untuk menjaganya. Kaeang Taruna diminta lebih serius mengembangkan tempat tersebut sebagai tempat wisata. “Alhamdulillah kerja Karang Taruna ini dikawal oleh kepala Desa,” ucapnya.

Ketua Karang Taruna Timba Nuh, Wahidan menjelaskan sudah menyiapkan beberapa kegiatan untuk memancing minat kunjungan wisata ke Pesanggrahan. Ada agenda mingguan, bulanan dan tahunan yang telah dirancang semenarik mungkin sehingga bisa dinikmati oleh pengunjung.

“Rencana ada kegiatan sparing lomba gasing, lomba kecial, presean mingguan karena kita memiliki areal cukup luas,” ucapnya. Luas kawasan Pesanggrahan Timba Nuh sekitar 80 are yang bisa dimanfaatkan pengelola untuk menggelar berbagai kegiatan.

Semenjak mendapat kewenangan mengelola, diakui Karang Taruna ini belum bisa berbuat banyak. Mengenai jumlah kunjungan, sebelum puasa rata-rata 100 orang datang ke Pesanggrahan. Memasuki puasa rata-rata 50. Karcis masuk Rp 5 ribu dan parkir dikenakan Rp 2 ribu dan roda empat Rp 5 ribu.

Untuk pengembangan ke depan dibutuhkan katanya kolaborasi dengan berbagai pihak. Termasuk dengan pihak Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Diakui juga, pengalaman dalam menata objek wisata masih minim sehingga perlu pembelajaran dari pihak lain termasuk dengan oemuda-pemuda kreatif lainnya di wilayah kecamatan Pringgasela.

Diketahui dari bukti sejarah, rumah yang ada di Pesanggrahan Timba Nuh dibangun oleh Kolonial Belanda tahun 1932. Jauh sebelum Indonesia merdeka.

Keberadaan rumah tersebut menjadi salah satu jejak kolonialisme di Gumi Lombok. Belanda datang ke Lombok pertama kali pada tanggal 5 Juli 1894 di bawah pimpinan Jenderal Vetter dan Residen Dannenbargh.

Bangunan rumah Belanda ini berdiri di atas tanah seluas 9 are. Sejak didirikan, suasana bangunan itu sangat eksklusif. Tidak ada satu pun warga pribumi yang bisa masuk maupun hanya sekedar mendekati bangunan tersebut. Jepang kemudian datang tahun 1942 dan menduduki Pesanggrahan tersebut.

Namun Jepang tak bertahan lama sejak tahun 1945 Indonesia resmi merdeka. Barulah tempat itu dapat dimasuki oleh masyarakat setempat.

Lokasi destinasi wisata Pesanggrahan ini terbilang cukup strategis tempatnya. Selain  bisa menikmati Rinjani,  pengunjung bisa melihat indahnya permukiman warga Pulau Lombok. Terlihat juga pulau-pulau kecil yang berada perairan Selat Alas. (rus)

Informasi Layanan Pengaduan Lainnya



Artikel Yang Relevan

Iklan










Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut