Lombok (ekbisntb.com)-Digitalisasi Sistem Pembayaran (SP) di Provinsi NTB terus berlanjut. Selama tahun 2024 tercatat 28 ribu pengguna baru QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dan 31 ribu merchant baru, dengan akumulasi 12 juta volume transaksi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Berry A Harahap mengatakan, system pembayaran digital mengalami pertumbuhan yang cukup baik di provinsi ini. menurutnya, hal ini menandakan semakin meleknya masyarakat menerima teknologi.
Selain pertumbuhan transaksi QRIS, penggunaan jumlah kartu APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu) dan Uang Elektronik (UE) diantaranya Dompet elektronik, QR Code Payment, Mobile Banking, Internet Banking, Kartu Prabayar di NTB terus meningkat dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 12,85% dan 14,01% (yoy).
Selain itu, kata Berry, penghimpunan DPK (Dana Pihak Ketiga) berupa Tabungan, deposito dan giro pada triwulan III 2024 tetap tumbuh tinggi (16,99% yoy) dan menopang likuditas perbankan. Berdasarkan instrumennya, tetap tingginya pertumbuhan DPK ditopang oleh pertumbuhan instrumen tabungan yang terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni sebesar 13,16% (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan instrumen giro tercatat tetap tinggi (38,53% yoy) meski melandai. Sementara berdasarkan golongan nasabah, tetap baiknya penghimpunan DPK terutama berasal dari pertumbuhan DPK perseorangan yang terakselerasi sebesar 9,88% (yoy), dan tetap tingginya pertumbuhan DPK swasta sebesar 32,95% (yoy).
“Adapun secara spasial, pangsa penghimpunan DPK terbesar di Provinsi NTB masih berada di Kota Mataram (pangsa 70%), diikuti dengan Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten/Kota Bima,” ujarnya.
Sementara itu, net-outflow (uang keluar dari Bank Indonesia) aliran uang kartal Tw-III lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Aliran Kas Bank Indonesia Provinsi NTB pada triwulan III 2024 (hingga 13 Septemmber 2024) tercatat mengalami net-outflow sebesar Rp0,06 triliun, lebih rendah dibandingkan net-outflow triwulan sebelumnya sejalan dengan normalisasi aktivitas ekonomi pasca triwulan sebelumnya (HBKN, pembayaran THR, panen padi dan jagung). Sejalan dengan itu, transaksi RTGS, SKNBI, dan BI-FAST juga tumbuh melandai.
Berry melengkapi penjelasannya, Ekonomi NTB Tw-II 2024 tumbuh 11,06% (yoy), terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya ditopang kinerja ekspor luar negeri yang mencapai 967,96% (yoy) seiring optimalisasi kuota ekspor konsentrat tembaga di tengah kualitas batuan bijih yang cukup baik. Sejalan dengan itu, konsumsi RT tetap tumbuh tinggi ditopang HBKN Idulfitri & Iduladha, serta libur sekolah.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi pada Tw-III 2024 diperkirakan relatif melambat sejalan dengan telah berakhirnya puncak panen raya padi di triwulan sebelumnya, izin relaksasi ekspor konsentrat tembaga yang baru diperoleh di akhir Juli, serta faktor base effect dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup tinggi. Adapun untuk keseluruhan tahun 2024 pertumbuhan positif akan berlanjut dan lebih tinggi sejalan dengan relaksasi ekspor konsentrat tembaga hingga akhir 2024.
Lebih baiknya pertumbuhan ekonomi turut ditopang tingkat inflasi yang terjaga. Hingga September 2024, inflasi tahunan NTB sebesar 1,77% (yoy), berada dalam rentang sasaran 2,5±1%.(bul)