26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiBank Indonesia : Daerah Tambang Berisiko Jadi Daerah Miskin

Bank Indonesia : Daerah Tambang Berisiko Jadi Daerah Miskin

Lombok (ekbisntb.com) – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB, Berry A. Harahap, mengingatkan risiko besar yang mengintai daerah penghasil tambang. Menurutnya, ketergantungan ekonomi pada sektor pertambangan berpotensi membuat wilayah kaya sumber daya alam justru terjerumus menjadi daerah miskin di masa depan.

Berry mencontohkan, beberapa daerah seperti Aceh, Papua, dan Sawahlunto pernah mengalami kemunduran ekonomi setelah sumber daya tambangnya habis.

- Iklan -

“Tambang itu tidak membuat masyarakat otomatis sejahtera. Yang dibutuhkan adalah kebijakan ekonomi yang menggerakkan sektor produktif dan inklusif, sehingga manfaatnya dirasakan masyarakat luas,” tegas Berry di Mataram, Senin, 11 Agustus 2025.

“Di Kabupaten Sumbawa Barat, ada tambang sudah hampir 30 tahun. daya beli masyarakatnya begitu-begitu saja,” tambahnya.

Ia menilai, daerah tambang cenderung memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah karena masyarakat menjadi kurang kreatif dan cenderung malas akibat kemudahan yang diberikan oleh kekayaan alam.

“Contoh Aceh atau Papua. Kecenderungan masyarakatnya ogah-ogahan karena sumber daya alamnya dilihat luar biasa. Tapi nanti begitu habis tambangnya, ndak baik bagi SDM lokal yang sudah terbiasa mendapat kemudahan karena tambang, bisa ogah-ogahan menyiapkan masa depannya,” ujarnya.

Berry menekankan, risiko kemiskinan sangat terbuka jika daerah tambang tidak mengembangkan sektor produktif lain, seperti pertanian dan industri pengolahan.

“Kalau hanya mengandalkan tambang, kita hanya membeli masalah di masa depan. Karena itu, perlu menggalakkan kegiatan ekonomi inklusif. Karenanya, kepala daerah harus kreatif mengembangkan potensi-potensi non tambang yang inklusif,” tambahnya.

Ekonomi provinsi ini pada Triwulan II 2025 masih terkontraksi sebesar -0,82% (yoy). Meski begitu, kinerja ekspor mulai membaik seiring dimulainya penjualan produk olahan smelter, diikuti akselerasi investasi di sektor tambang dan proyek di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.

Momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha dan libur sekolah juga mendorong konsumsi rumah tangga. Dari sisi sektoral, perbaikan ekonomi ditopang oleh meningkatnya produksi konsentrat pertambangan akibat cuaca kondusif, berlanjutnya masa panen padi dan jagung, serta peningkatan kinerja peternakan menjelang Iduladha.

Namun, Berry mengingatkan, pertumbuhan ekonomi NTB masih sangat fluktuatif karena dominasi sektor tambang.

“Ketika produksi tinggi, ekonomi daerah meroket karena ekspor tinggi. Tapi saat produksi turun, ekspor turun, pertumbuhan bisa anjlok tajam,” katanya.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut