spot_img
26.5 C
Mataram
BerandaEkonomiKurma NTB “Ukhuwah Datu Nusantara” Wakili Indonesia pada Festival Kurma di Abu...

Kurma NTB “Ukhuwah Datu Nusantara” Wakili Indonesia pada Festival Kurma di Abu Dhabi

Lombok (ekbisntb.com) – Kurma varietas lokal yang diberi nama Kurma Ukhuwah Datu Nusantara asal Kabupaten Lombok Utara (KLU), resmi mewakili Indonesia dalam festival kurma internasional di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Oktober-November 2025.

Kehadiran kurma dari NTB ini menjadi kebanggaan tersendiri, karena di Indonesia hanya NTB yang mampu menghasilkan kurma berkualitas hingga diakui dunia.

- Iklan -


Festival kurma di Abu Dhabi menjadi ajang penting untuk memperkenalkan Kurma Ukhuwah Datu Nusantara ke panggung internasional. Produk ini dibawa oleh Asosiasi Kurma Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar RI di Uni Emirat Arab.


“Ini momentum strategis bagi NTB. Dunia internasional akan melihat bahwa Indonesia punya kurma berkualitas yang hanya tumbuh dan berbuah di NTB. Ini sekaligus membuka peluang investasi, pariwisata, dan pasar ekspor yang lebih luas,” kata Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB, I Gede Putu Aryadi, S.Sos., M.H, di Mataram, Rabu, 10 September 2025.


Ia menjelaskan bahwa kurma yang dikembangkan di KLU ini merupakan hasil pendampingan riset sejak beberapa tahun lalu. Varietas tersebut telah didaftarkan secara resmi ke Kementerian Pertanian sebagai varietas kurma Indonesia.


“Kurma Ukhuwah Datu Nusantara awalnya dikelola oleh komunitas tani, kemudian berkembang menjadi perusahaan. Tahun ini kita daftarkan sebagai varietas resmi. Hasil riset tanah menunjukkan wilayah Lombok Utara, Sumbawa, hingga sekitar Tambora sangat cocok untuk pengembangan kurma,” kata Aryadi, Senin, 9 September 2025.


Mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi NTB ini menambahkan, kurma NTB sudah diuji kualitasnya oleh asosiasi internasional. Menurut penilaian, buah kurma KLU masuk peringkat 7 dunia pada pameran risert dunia. Hal ini didukung oleh kondisi lahan vulkanik yang subur, iklim, serta metode budidaya alami tanpa pupuk kimia.


“Dunia mencari kurma yang ditanam tanpa pupuk kimia. Di NTB, petani kita menggunakan pupuk organik seperti kotoran sapi. Itu yang membuat kualitasnya unggul. Tidak heran jika festival kurma di Timur Tengah mengundang kurma NTB untuk dipamerkan,” tegasnya.


Saat ini, pengembangan kurma di Lombok Utara telah mencapai sekitar 30 hektare dengan 5.000 pohon tersebar di wilayah Rempeg dan Kayangan. Pola pengembangannya dilakukan melalui inovasi kemitraan antara investor dan petani.


“Skema yang diterapkan adalah pola nyakap. Investor membawa modal, petani menyediakan lahan dan tenaga. Hasilnya dibagi secara adil. Sejak bibit ditanam hingga berbuah, semua dibiayai investor, sehingga petani tidak terbebani,” jelas Aryadi.


Untuk mempercepat penyebaran kurma, Pemprov NTB melalui BRIDA bekerjasama dengan BRIN melakukan inovasi untuk mengembangkan bibit kurma dengan system kultur jaringan. Dengan cara ini, bibit yang ditanam dipastikan berasal dari indukan yang sudah terbukti berbuah, sehingga lebih cepat menghasilkan. Bibit yang dikembangkan ini yang nantinya akan mendukung perluasan tanam kurma Ukhuwah Datu Nusantara di NTB.


“Di beberapa daerah di Indonesia kurma memang berhasil dikembangkan, tapi tidak berbuah. Yang berhasil berbuah hanya kurma di Lombok Utara ini,” tambahnya.


Menurutnya, kurma di NTB mampu berbuah baik setelah 4–6 tahun masa tanam. Sambil menunggu produktivitas kurma, lahan petani dimanfaatkan dengan sistem tumpang sari menggunakan tanaman kacang sacha inchi. Tanaman asal Peru ini sangat adaptif dengan lahan kering NTB dan memiliki nilai ekonomi tinggi.


“Hanya dalam tujuh bulan, kacang sacha inchi sudah bisa panen. Kandungan omega 3, 6, dan 9 yang dimilikinya sangat dibutuhkan dunia, termasuk untuk pencegahan stunting. Bahkan, sudah ada pabrik pengolahan kacang sacha inchi di Dompu,” jelas Aryadi.


Kombinasi pengembangan kurma dan kacang sacha inchi diyakini mampu menjadi sumber ekonomi baru bagi NTB. Selain nilai jual buah dan minyaknya yang tinggi, daunnya pun dapat dijadikan teh bernilai Rp10 ribu per kilogram.
Kacang sacha inchi adalah kacang biji dari tanaman Plukenetia volubilis, populer sebagai sumber minyak sehat, protein, dan antioksidan.


“Kacang sacha inchi bisa panen dua kali seminggu dan produktif hingga 25 tahun. nilai ekonomisnya juga tinggi. Sehingga sebelum panen kurma, petani tetap bisa memanen kacang. Double sumber ekonomi petani dalam satu lahan jadinya kalau ditanam tumpang sari dengan kurma,” kata Aryadi.


Dengan diakuinya kualitas kurma NTB di level dunia, ditambah potensi kacang sacha inchi sebagai komoditas kesehatan global, NTB diyakini mampu mencetak sejarah baru sebagai pusat inovasi pertanian modern sekaligus mendukung program pengentasan kemiskinan ekstrem di daerah ini.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut