26.5 C
Mataram
BerandaKesehatanPersoalan Ekonomi Keluarga Berpotensi Menyebabkan Bibir Sumbing pada Anak

Persoalan Ekonomi Keluarga Berpotensi Menyebabkan Bibir Sumbing pada Anak

Mataram (ekbisntb.com) – Kondisi ekonomi keluarga yang rendah berpotensi besar menyebabkan bibir sumbing atau celah langit-langit (cleft lip and palate) pada anak. Hal ini disebabkan oleh kekurangan gizi ibu hamil pada trimester awal kehamilan, yang berdampak pada pembentukan wajah dan rahang janin.


Hal itu disampaikan oleh Ketua Persatuan Ahli Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia (PABMI), drg. Harfindo Nismal, Sp.BM, dalam peresmian Nusantara Cleft Center NTB di Mataram, Sabtu (5/10/2025), yang diinisiasi oleh Bank Dinar bersama Metro Insan Mulia (MIM) Foundation.

- Iklan -


“Dalam penelitian kami, dari setiap 7.000 kelahiran di dunia, satu di antaranya adalah pasien dengan celah bibir atau langit-langit. Penyebab utamanya banyak faktor, namun yang paling dominan adalah kekurangan gizi pada ibu hamil. Kondisi ini banyak terjadi pada masyarakat ekonomi menengah ke bawah,” ungkap drg. Harfindo.


Ia menjelaskan bahwa kondisi bibir sumbing berbeda dengan kasus stunting. Jika stunting disebabkan kekurangan gizi setelah lahir, maka bibir sumbing terjadi karena kekurangan nutrisi pada masa kehamilan, khususnya tiga bulan pertama, ketika pembentukan wajah janin sedang berlangsung.


“Jadi ini bukan stunting. Kalau stunting karena kekurangan gizi setelah lahir, sedangkan bibir sumbing karena kekurangan gizi saat janin masih dalam kandungan,” tegasnya.


Selain faktor gizi, drg. Harfindo menyebutkan bahwa bibir sumbing juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, termasuk paparan zat berbahaya selama kehamilan.


Dalam kesempatan itu, Harfindo mengapresiasi berdirinya Nusantara Cleft Center NTB yang digagas oleh Yayasan Nusantara Cleft Center bersama sejumlah dokter dan relawan kesehatan di daerah ini.
Menurutnya, pusat layanan tersebut menjadi yang pertama di Indonesia yang berdiri di luar kota pendidikan kedokteran, seperti Bandung, Yogyakarta, atau Surabaya.


“Selama ini yang punya pusat perawatan komprehensif seperti ini biasanya hanya ada di rumah sakit pendidikan. Tapi di NTB, meski dokter bedah mulutnya baru sembilan orang dan belum ada pendidikan spesialis, mereka bisa membentuk yayasan sendiri. Ini luar biasa dan patut diapresiasi,” ujarnya.


Ia menegaskan pentingnya pusat layanan seperti ini karena penanganan pasien bibir sumbing tidak cukup hanya dengan operasi. Pasien perlu perawatan berkelanjutan mulai dari pengecekan gigi, rahang, dan terapi bicara, mengingat struktur wajah anak dengan bibir sumbing cenderung mengalami gangguan pertumbuhan gigi dan rahang.


“Selama ini banyak pasien yang hanya dioperasi sekali, lalu hilang tanpa kontrol. Padahal perawatan bibir sumbing harus komprehensif, tidak hanya operasi lalu selesai. Dengan adanya Cleft Center, semua itu bisa ditangani secara terpadu,” jelasnya.


Harfindo juga mengungkapkan bahwa jumlah pasien bibir sumbing di NTB cukup tinggi. Berdasarkan data operasi yang dilakukan sejak tahun 2002, sudah ada sekitar 1.200 pasien dari NTB yang mendapat tindakan bedah bibir sumbing, baik melalui kegiatan bakti sosial maupun program bersama yayasan.


“Banyak pasien dari Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya yang datang ke NTB untuk operasi, tapi jumlah pasien lokal sendiri juga masih sangat tinggi. Ini menunjukkan perlunya perhatian lebih pada aspek gizi dan ekonomi masyarakat,” katanya.


Dengan adanya Nusantara Cleft Center NTB, diharapkan pasien bibir sumbing di daerah ini tidak hanya mendapatkan akses operasi gratis, tetapi juga pendampingan medis jangka panjang hingga pulih secara fungsional dan sosial.


“Harapan kami, pusat ini bisa menjadi model nasional dalam pelayanan bibir sumbing yang berkelanjutan dan berbasis kemanusiaan,” pungkasnya.(bul)

Artikel Yang Relevan

Iklan












Terkait Berdasarkan Kategori

Jelajahi Lebih Lanjut