Mataram (ekbisntb.com)-Gili Terawangan, Gili Meno dan Gili Air dalam beberapa pekan terakhir ini mengalami krisis air bersih. Kondisi ini disebabkan karena perusahaan yang menjadi penyuplai air bersih untuk kebutuhan kawasan setrategis pariwisata nasional (KSPN) tersebut, yaitu PT. BAL dan PT. GNE dipersoalkan secara hukum.
Kondisi ini menyebabkan gili yang merupakan kawasan wisata elit tersebut mengalami krisis air bersih. Bahkan kondisi di Gili Meno sangat memperihatinkan. Selain berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan dasar wisatawan, krisis air itu juga sudah menyebabkan hewan ternak warga mati. Dilaporkan enam ekor sapi milik warga gili meno mati karena kekurangan air.

Menyikapi krisis ini, Penjabat Sekretaris Daerah NTB, Ibnu Salim mengaku akan menfasilitasi pertemuan antara pengusaha dengan pemerintah Lombok Utara. Bahkan, pertemuan tersebut juga memungkinkan melibatkan Aparat Penegak Hukum (APH).
“Paling penting itu kita akan segera fasilitasi pertemuan antara PT BAL, GNE dan Pemkab Lombok Utara, ini harus menjadi perhatian,” katanya, Kamis 6 Juni 2024 di ruang kerjanya.
Menurut Ibnu Salim, keselamatan masyarakat di kawasan tersebut menjadi yang utama sehingga harus dicarikan solusi terbaik.
“Keselamatan masyarakat adalah hukum tertinggi, makanya kan ini karena persoalan hukum ya kita hormati. Tetapi ada yang lebih urgent yaitu masyarakat,” Katanya.
“Salus populi suprema lex, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat adalah hukum yang tertinggi,” imbuhnya.
Terpisah, Plh. Direktur Utama PT. GNE, M. Ihsanul Wathony menjawab soal penghentian sementara aliran air bersih ke Gili Meno, menurutnya, PT. GNE sebagai BUMD NTB hanya pemegang izin saja, sementara instalasi air adalah milik PT BAL.
“Kami no komen soal aktivasi tersebut. Kami atas nama pribadi juga sangat prihatin atas kendala yang dihadapi masyarakat Gili Meno, kami mohon maaf tidak bisa berbuat banyak karena kewenangan kami terbatas,” pungkasnya.(bul)