Lombok (ekbisntb.com) -Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat penurunan tajam nilai ekspor daerah ini pada periode Januari hingga Mei 2025. Total ekspor hanya mencapai 110,73 juta dolar AS, anjlok 92,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala BPS Provinsi NTB, Drs. Wahyudin, MM, Selasa, 1 Juli 2025, menjelaskan bahwa penurunan signifikan ini terutama disebabkan oleh anjloknya ekspor komoditas utama NTB, yakni tembaga.

“Ekspor bulan Mei 2025 saja hanya mencapai 54,32 juta dolar AS, atau turun 89,20 persen dibandingkan Mei tahun lalu,” ungkap Wahyudin.
Meski menurun, ekspor NTB pada Mei 2025 masih didominasi oleh komoditas tembaga dengan nilai 51,64 juta dolar AS atau 95,08 persen dari total ekspor. Komoditas lain yang berkontribusi adalah perhiasan/permata (1,82 juta dolar AS atau 3,36 persen), serta ikan dan udang, garam-belerang-kapur, dan mesin-mesin mekanik, masing-masing dengan kontribusi di bawah 2 persen.
Tiongkok tercatat sebagai negara tujuan utama ekspor NTB dengan pangsa pasar sebesar 51,67 persen, diikuti Korea Selatan (15,47 persen), Taiwan (14,47 persen), Vietnam (10,37 persen), Thailand (1,77 persen), dan negara lainnya (6,26 persen).
Tak hanya ekspor, nilai impor NTB juga mengalami penurunan pada periode yang sama. Total nilai impor tercatat sebesar 128,88 juta dolar AS, turun 79,01 persen dibandingkan Januari–Mei 2024. Pada bulan Mei 2025, nilai impor sebesar 33,40 juta dolar AS, merosot 66,23 persen dibandingkan Mei tahun lalu.
Komoditas impor terbesar pada Mei 2025 meliputi mesin-mesin/pesawat mekanik (13,65 juta dolar AS atau 40,88 persen), karet dan produk karet (11,27 juta dolar AS atau 33,75 persen), serta peralatan listrik, produk kimia, dan perangkat optik.
Sementara itu, negara asal impor terbesar adalah Jerman (32,54 persen), disusul Jepang (29,13 persen), Australia (23,83 persen), Tiongkok (7,16 persen), Singapura (3,97 persen), dan negara lainnya (3,38 persen).
Wahyudin menilai, kondisi ini menunjukkan pentingnya diversifikasi komoditas unggulan NTB agar tidak terlalu bergantung pada satu sektor.
“Ketergantungan pada satu komoditas utama seperti tembaga membuat kita sangat rentan terhadap fluktuasi global. Perlu ada langkah strategis untuk mendorong ekspor sektor pertanian, perikanan, dan industri kreatif,” katanya.
Penurunan ekspor dan impor ini turut berdampak pada neraca perdagangan luar negeri NTB yang selama ini selalu mencatatkan surplus, terutama karena ekspor tembaga. Tahun ini, aktivitas perdagangan internasional menunjukkan pelemahan signifikan. (bul)